Tingkatkan Rasa Aman Pasien dengan Ketersediaan Bank Darah yang Stabil
Perkembangan teknologi informatika membuat masyarakat lebih mudah mencari informasi apapun yang mereka butuhkan. Dengan mengakses internet, berbagai informasi dapat ditemui baik di kanal pencarian, sosial media, ataupun portal berita online. Keterbukaan informasi tersebut memberikan pengaruh dan perubahan besar dalam perilaku konsumsi masyarakat. Mereka menjadi lebih selektif sebelum melakukan pembelian, termasuk dalam berobat.
Sebelum berobat, kini masyarakat cenderung akan mencari informasi terlebih dulu tentang ulasan layanan rumah sakit yang akan dituju. Mereka akan membandingkan kualitas layanan antara satu rumah sakit dengan lainnya. Terlebih lagi bagi masyarakat dengan kemampuan finansial yang cukup, mereka akan mengutamakan kualitas layanan. Mereka cenderung memilih rumah sakit dengan manajemen yang lebih baik.
Perilaku masyarakat yang lebih mengutamakan kualitas pelayanan dalam memilih tempat berobat dibuktikan dalam studi yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia. Dilansir dari nasional.tempo.co, masyarakat menengah ke atas lebih banyak memilih rumah sakit swasta dibanding pemerintah. Alasannya, karena kelengkapan tenaga medis dan kualitas layanannya.
Apa Dampaknya Bagi Layanan Bank Darah?
Fenomena dimana masyarakat menjadi semakin selektif dalam memilih tempat berobat merupakan hal yang sangat wajar. Setiap pasien yang berobat pasti mengharapkan kesembuhan. Ketersediaan peralatan yang lengkap dan pelayanan yang bagus menjadi kunci penting untuk memberikan pelayanan yang baik dan optimal bagi pasien.
Kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit juga berlaku pada layanan bank darah. Salah satu contoh sederhana namun sangat penting adalah ketersediaan kantong darah di unit bank darah rumah sakit kapanpun dibutuhkan. Umumnya, pasien yang mendapatkan penanganan transfusi darah dalam kondisi gawat darurat dan membutuhkan penanganan segera. Pasien dan keluarga pasti ingin rumah sakit dapat memberikan penanganan secepat mungkin. Mereka akan enggan berobat ke rumah sakit yang sering kehabisan stok darah, karena berakibat pada proses penanganan lama.
Ketika unit bank darah rumah sakit tidak memiliki kantong darah yang dibutuhkan, biasanya keluarga pasien akan diminta untuk mencari donor sendiri, mulai dari keluarga terdekat maupun kenalan. Situasi ini akan membuat mereka bingung dan khawatir. Bukan hanya karena keterbatasan pengetahuan cara mendapatkan kantong darah yang cocok, namun juga keharusan untuk mendapatkannya secara cepat. Terlebih saat ia menyadari bahwa tidak ada kerabat yang dapat menjadi cadangan pendonor.
Hal ini berpotensi menjadi kekecewaan bagi pasien, terlebih jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada pasien karena keterlambatan pemberian tindakan karena unit bank darah rumah sakit tidak memiliki kantong darah yang cocok. Dengan kekecewaan tersebut, pihak keluarga bisa saja menyebarkannya di media sosial atau bahkan dimuat di portal berita seperti yang banyak terjadi selama ini. Hal ini tentu akan semakin menurunkan kepercayaan calon pasien dan membuat mereka lebih memilih untuk berobat di tempat lain.
Apa yang Harus Dilakukan Rumah Sakit?
Sebenarnya, keterbukaan informasi juga dapat dijadikan sebagai peluang untuk perluasan pasar. Syaratnya, rumah sakit harus memiliki layanan yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien secara cepat. Misalnya dalam layanan bank darah, rumah sakit menjamin ketersediaan kantong darah yang cukup, sehingga dapat memberikan tindakan transfusi darah kapanpun dibutuhkan.
Ketika masyarakat mengetahui bahwa rumah sakit Anda selalu memiliki kantong darah yang dibutuhkan sehingga dapat memberikan tindakan transfusi darah secara cepat, mereka pasti akan percaya dan merasa aman ketika berobat di rumah sakit Anda. Calon pasien akan menilai bahwa layanan bank darah rumah sakit Anda dapat diandalkan dalam kondisi darurat yang membutuhkan penanganan cepat kapanpun diperlukan. Itulah sebabnya, rumah sakit perlu menjaga ketersediaan kantong darah di unit bank darah agar tetap stabil untuk mencukupi kebutuhan transfusi.
Salah satu yang kini banyak diterapkan pada manajemen bank darah rumah sakit adalah sistem berbasis digital. Aplikasi manajemen informasi seperti AVIAT SIMRS yang memuat Blood Bank Module, semakin digemari karena memudahkan para staf RS untuk mengelola unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Berbagai aktivitas mulai dari manajemen stok, analisa sebelum transfusi darah, penanganan permintaan darah, hingga analisa perencanaan untuk pengadaan ulang.
Tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang berbagai fitur di dalam Blood Bank Module AVIAT SIMRS? Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya! (Septiani)