Pastikan Unit BDRS Siap untuk Dukung Penanganan 8 Penyakit ini!
Transfusi darah merupakan tindakan medis yang diberikan ketika tubuh pasien mengalami kekurangan darah, entah karena cedera maupun penyakit tertentu. Ketika tubuh pasien kehilangan cukup banyak darah, fungsi jaringan dan organ dapat mengalami gangguan karena asupan oksigen dan nutrisi yang ada di dalam sel darah merah berkurang. Dengan fungsi tersebut, transfusi menjadi salah satu jenis layanan yang sangat penting di rumah sakit.
Aktivitas transfusi darah dan ketersediaan kantong darah rumah sakit dikelola oleh unit BDRS. Dilansir dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa indonesia setidaknya membutuhkan 51 juta kantong darah setiap tahunnya. Dengan tingginya kebutuhan kantong darah dan tindakan transfusi, peran unit BDRS menjadi sangat vital dalam sebuah rumah sakit.
Penyakit yang Membutuhkan Tindakan Transfusi Darah
Transfusi darah dibutuhkan pada banyak jenis penyakit dan kondisi. Secara umum, tindakan transfusi diambil ketika pasien dalam kondisi darurat. Begitu pentingnya tindakan transfusi bagi kesembuhan pasien, unit BDRS harus mampu menyediakan kebutuhan darah dan mendistribusikannya secara cepat. Berikut penyakit atau kondisi pasien yang umumnya membutuhkan tindakan transfusi darah:
1. Pendarahan
Pasien yang mengalami pendarahan berat biasanya kehilangan darah dalam jumlah besar. Dalam kondisi ini, pasien membutuhkan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang dari tubuhnya. Keterlambatan tindakan transfusi darah dapat menyebabkan pasien mengalami komplikasi bahkan kematian. Itulah sebabnya, respon unit BDRS untuk menyediakan kantong darah secara cepat sangat dibutuhkan.
2. Anemia
Anemia merupakan penyakit dimana tubuh kekurangan darah akibat kurangnya hemoglobin. Anemia dapat menyebabkan berbagai risiko buruk jika tidak segera diberikan transfusi darah, terutama pada ibu yang melahirkan. Respon cepat unit BDRS juga sangat dibutuhkan pada kondisi ini.
3. Kelainan Darah
Pasien yang mengalami kelainan darah seperti hemofilia atau pasien yang sedang menjalani transplantasi sel induk cenderung lebih berisiko mengalami kekurangan darah. Untuk mengganti kekurangan darah tersebut, tindakan transfusi darah harus diberikan. Dokter penanggungjawab biasanya akan mengajukan permintaan darah ke unit BDRS.
4. Thalasemia
Peran unit BDRS juga dibutuhkan pada pasien penderita Thalasemia. Thalasemia merupakan kelainan yang menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah pasien tidak normal, yang kemudian berakibat pada sel darah merah tidak dapat mengangkut oksigen sebagaimana mestinya. Penderita thalasemia biasanya juga mengalami anemia. Untuk mengatasi hal tersebut, pasien perlu menerima transfusi darah secara rutin dalam jangka waktu tertentu.
5. Infeksi dan luka bakar
Pasien yang mengalami luka bakar dalam tingkat yang parah ataupun luas biasanya juga kehilangan plasma darah. Pada kondisi ini, dokter penanggungjawab biasanya merekomendasikan transfusi plasma darah untuk mengganti plasma darah yang hilang. Transfusi plasma darah juga sering diberikan kepada penderita infeksi berat atau sepsis. Menyediakan plasma darah juga menjadi salah satu tanggungjawab unit BDRS.
6. Kanker
Ada beberapa jenis kanker yang dapat merusak dan mengurangi jumlah sel darah merah, sel darah putih, serta trombosit pasien dalam jumlah yang besar. Misalnya pada penderita kanker darah dan limfoma. Efek dari tindakan kemoterapi maupun radioterapi juga dapat menyebabkan gangguan produksi sel darah yang menyebabkan pasien kekurangan darah. Pemberian transfusi darah biasanya diberikan untuk mengganti kekurangan darah tersebut.
7. Gagal Hati atau Ginjal
Penderita gagal hati berisiko tinggi mengalami anemia. Meskipun bisa diatasi dengan transplantasi hati, dokter biasanya juga mengajukan permintaan kantong darah ke unit BDRS. Transfusi darah menjadi alternatif penanganan yang lebih murah. Sedangkan pada kasus penderita gagal ginjal, pasien biasanya mengalami gangguan pada hormon penghasil darah. Dampaknya, pasien akan kekurangan darah sehingga diperlukan tindakan transfusi darah.
8. Covid-19
Ketika pandemi covid-19 sedang mencapai puncaknya, berbagai daerah mengalami kekurangan stok kantong darah, khususnya untuk jenis plasma darah. Alasannya karena pemberian plasma darah dari penyintas Covid-19 bisa mengobati pasien Covid-19. Ketersediaan kantong darah di rumah sakit banyak yang tidak dapat mengimbangi tingkat kebutuhan riil dari para pasien.
Berbagai kondisi di atas idealnya didukung oleh manajemen unit BDRS yang lebih baik. Khususnya dalam mengelola stok kantong darah agar senantiasa mencukupi, bahkan pada saat-saat kondisi seperti pandemi sekalipun. Itulah sebabnya, banyak rumah sakit yang beralih menggunakan sistem berbasis digital seperti Blood Bank Module AVIAT SIMRS. Sistemnya mampu memudahkan proses pengelolaan kantong darah dan koordinasi antara unit BDRS dengan unit lainnya. Dengan demikian, setiap kebutuhan transfusi darah dapat direspon secepat mungkin.
Ingin mengetahui lebih banyak tentang fitur-fitur Blood Bank Module AVIAT SIMRS? Hubungi tim marketing AVIAT agar menjelaskannya lebih detail untuk Anda! (Septiani)