Inilah 6 Dampak Jika Terjadi Kesalahan Saat Transfusi Darah

Inilah 6 Dampak Jika Terjadi Kesalahan Saat Transfusi Darah

Transfusi darah memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan pasien dalam kondisi tertentu, seperti anemia, pendarahan dan sebagainya. Namun disamping manfaatnya tersebut, prosedur transfusi darah juga memiliki risiko yang sangat fatal jika tidak dilakukan dengan benar. Kesalahan saat transfusi darah, misalnya kantong darah yang diberikan tidak cocok dengan golongan darah pasien, dapat menyebabkan efek komplikasi atau bahkan mengancam jiwa pasien.

Mengingat risikonya yang besar, pihak rumah sakit harus dapat memastikan, atau minimal mengupayakan layanan yang minim kesalahan demi menjamin keselamatan pasien. Petugas rumah sakit bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan secara cermat. Tujuannya untuk meminimalisir ketidakcocokan darah transfusi dengan tubuh pasien. Jika proses crossmatch dapat berjalan dengan baik, rumah sakit dapat menghindari terjadinya kesalahan saat transfusi darah yang dapat berakibat fatal bagi pasien.

Dampak Kesalahan Saat Transfusi Darah

Ada berbagai risiko yang dapat dialami pasien apabila terjadi kesalahan prosedur saat transfusi darah. Berikut adalah beberapa reaksi yang terjadi apabila pasien salah menerima transfusi darah.

1. Reaksi Transfusi 

Reaksi transfusi merupakan efek yang tidak diinginkan dari sebuah prosedur transfusi darah. Reaksi transfusi dapat terjadi selama proses transfusi berlangsung, atau setelah pasien menerima transfusi darah. Secara umum, reaksi yang terjadi akibat kesalahan saat transfusi darah dapat dirasakan dalam tahap moderat seperti muncul ruam atau memar pada tubuh pasien, dan reaksi buruk seperti terjadinya pruritus, kecemasan, palpitasi, dyspnea ringan maupun sakit kepala.

2. Reaksi Alergi

Transfusi darah yang tidak cocok dengan golongan darah pasien dapat membuat tubuh pasien secara alamiah melakukan perlawanan. Kesalahan saat transfusi darah dapat membuat pasien penerima darah mengalami reaksi alergi yang diakibatkan adanya protein atau zat tertentu di dalam darah pendonor. Reaksi alergi yang dirasakan setiap pasien dapat bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga berat. Umumnya, gejala alergi yang dirasakan pasien meliputi kulit yang menjadi kemerahan, bengkak, terasa panas dan gatal-gatal.

3. Reaksi Demam

Kesalahan saat transfusi darah juga dapat menyebabkan demam tiba-tiba yang dialami pasien. Ketika tubuh menerima darah dengan golongan yang tidak sesuai, tubuh akan bereaksi dengan mengalami demam, menggigil, tubuh menjadi sakit, sakit kepala, hingga mual. Reaksi ini muncul sebagai bentuk respon alami dari tubuh karena ketidakcocokan dengan golongan darah pendonor. Reaksi demam setelah transfusi darah dapat menjadi berbahaya apabila disertai gejala lain seperti rasa nyeri di dada, sesak nafas, pingsan, atau bahkan koma.

4. Reaksi Hemolitik Kekebalan Akut

Setiap golongan darah memiliki antigen yang berbeda-beda. Hal ini yang menyebabkan transfusi darah tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Kesalahan saat transfusi darah, misalnya perbedaan golongan darah pendonor dengan pasien dapat menyebabkan reaksi hemolitik kekebalan akut. Ketika tubuh pasien menerima golongan darah yang tidak cocok, antibodi pasien akan menyerang sel darah merah yang ditransfusikan. Hal ini dapat menimbulkan beberapa efek seperti menggigil, nyeri dada dan punggung bagian bawah, demam, mual, serta warna urin yang berubah menjadi gelap.

5. Reaksi Hemolitik Tertunda

Kesalahan transfusi darah juga dapat mengakibatkan reaksi hemolitik tertunda. Reaksi ini biasanya terjadi secara perlahan. Antibodi akan menyerang antigen pada sel darah yang ditransfusikan sehingga menyebabkan pemecahan sel darah merah. Reaksi ini terjadi karena ketidaksesuaian golongan darah ABO, atau pada wanita multipara yang sebelumnya telah mengalami eksitasi. Reaksi ini dapat mengakibatkan sel darah merah yang sudah ditransfusikan akan hancur sehingga jumlahnya akan menurun. Meskipun jarang, kesalahan saat transfusi darah yang menimbulkan reaksi hemolitik tertunda juga dapat berpengaruh pada ginjal pasien.

6. Graft Versus Host Disease

Kesalahan saat transfusi darah juga dapat menyebabkan sel darah putih yang terkandung dalam darah yang ditransfusikan menyerang sistem kekebalan tubuh penerima donor yang lemah. Hal ini menyebabkan timbulnya Graft Versus Host Disease (GVHD). Reaksi ini mengakibatkan gangguan serius pada sistem peredaran darah pasien. 


Berbagai risiko kesalahan saat transfusi darah di atas seharusnya menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit, salah satunya diupayakan dengan sistem yang lebih minim eror. Rumah sakit dapat melakukannya dengan penerapan sistem manajemen berbasis digital seperti AVIAT SIMRS. Blood Bank Module yang ada di dalam AVIAT SIMRS akan memudahkan petugas untuk menganalisa kecocokan darah dengan berbagai fitur yang tersedia. Untuk berdiskusi lebih banyak tentang AVIAT Blood Bank Module, hubungi tim marketing AVIAT! (Septiani)

Similar Posts