Inilah 5 Alasan Electronic Prescription Semakin Banyak Digunakan
Peresepan elektronik, atau biasa disebut dengan electronic prescription menjadi salah satu teknologi yang mulai banyak diterapkan dalam dunia kesehatan. Jika dulu dokter akan menulis resep secara manual di kertas, teknologi electronic prescription memungkinkan resep ditulis secara digital tanpa melibatkan secarik kertas sama sekali.
Electronic prescription telah menjadi teknologi medis yang wajar ditemui di berbagai fasilitas kesehatan di dunia. Amerika menjadi salah satu negara yang telah mengadopsi teknologi ini. Dilansir dari surescripts, penggunaan electronic prescription mengalami peningkatan yang signifikan, dari yang awalnya 26% pada tahun 2018 menjadi 38% pada tahun 2019 lalu. Angka ini dipercaya semakin berkembang pesat, seiring dengan perkembangan teknologi medis digital yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun masih cukup asing, faktanya electronic prescription juga mulai banyak digunakan di Indonesia, terutama rumah sakit yang berada di kota-kota besar. Salah satu contohnya adalah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang sudah menggunakan electronic prescription sejak tahun 2014 lalu. Lalu, mengapa electronic prescription semakin banyak digunakan?
Pembuatan Resep dengan lebih Cepat
Pernahkah Anda berpikir, bagaimana jika kasir gerai retail menulis daftar belanjaan Anda secara manual di kertas? Berapa lama dan panjang antrian yang ditimbulkan? Hal tersebut tidak terjadi karena semua daftar belanjaan dibuat secara digital. Tak hanya memudahkan petugas kasir, pekerjaan juga dapat dengan lebih mudah dan cepat untuk dilakukan.
Hal serupa juga berlaku dalam penulisan resep oleh dokter. Dokter dapat menggunakan electronic prescription untuk memilih daftar obat yang tersedia, dan kemudian menjadi resep elektronik. Dokter akan menghabiskan sedikit waktu untuk membuat daftar resep pasien, yang bahkan dapat ditulis bersamaan dengan konsultasi dengan pasien. Petugas apoteker juga tidak perlu konfirmasi resep melalui sambungan telepon, karena semuanya dapat diakses secara digital melalui komputer secara realtime.
Memudahkan Kerja Dokter
Tak hanya memungkinkan dokter dapat membuat resep dengan lebih cepat, berbagai fitur dan informasi yang ditampilkan electronic prescription juga dapat membuat dokter memilih obat dengan lebih mudah. Platform aplikasi akan menunjukan berbagai informasi yang lengkap mulai dari alergi, interaksi obat, hingga terapi duplikat. Electronic prescription secara instan akan memberikan peringatan sistem jika terdapat interaksi obat potensial dan terapi duplikat dari obat yang dipilih. Bahkan, sistem juga dapat menampilkan alternatif obat yang mungkin dipilih dengan harga yang lebih murah.
Mengurangi Potensi Human Error
Dilansir dari businessnewsdaily.com, studi FDA menemukan bahwa terjadi 95.000 kesalahan obat resep sejak tahun 2000. Kesalahan-kesalahan yang terjadi seringkali disebabkan oleh human error ataupun hal teknis lain yang berhubungan dengan catatan resep tertulis. Salah satu faktor yang paling sering menyebabkan kesalahan ini adalah kesalahan pembacaan dan penerjemahan resep karena banyaknya obat yang memiliki ejaan yang mirip.
Penggunaan electronic prescription mampu meminimalisir berbagai potensi kesalahan yang tanpa sengaja dapat terjadi. Petugas apotek tentunya akan lebih mudah membaca resep yang dibuat secara digital, ketimbang tulisan tangan yang berpotensi dapat terjadi multitafsir bukan?
Mengurangi Ketidakpatuhan Pasien
Salah satu faktor yang seringkali menjadi penghambat proses pengobatan justru pasien itu sendiri, dimana pasien seringkali tidak menebus obat yang telah diresepkan karena berbagai hal. Kondisi ini lebih sering terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Entah karena tidak mau mengkonsumsi banyak obat, atau bahkan kurangnya uang yang dibawa untuk menebus obat karena ketidaktahuan harga obat yang harus ditebus seringkali membuat pasien tidak kunjung membeli obat yang sudah diresepkan alhasil, penyakit yang diderita tak kunjung sembuh.
Nyatanya, penggunaan electronic prescription dapat mengurangi potensi ketidakpatuhan pasien akan resep dokter. Seperti yang dilansir dalam https://bem.farmasi.ui.ac.id/, r. Adamson, asisten profesor di Departemen Dermatologi dari University of North Carolina, mengungkapkan bahwa electronic prescription secara signifikan mengurangi resiko ketidakpatuhan penebusan obat hingga 17% dibanding peresepan secara manual di kertas.
Kemudahan Penebusan Obat
Electronic prescription memungkinkan pasien mendapatkan obat yang diresepkan dengan lebih mudah. Pasien dapat mengirimkan daftar resep yang didapatkan secara digital ke apotek tujuan, dan memungkinkan daftar obat dapat disiapkan lebih dini. Dengan demikian, pasien tidak perlu menunggu peracikan obat, karena obat sudah siap dibawa ketika pasien datang. Dalam beberapa kasus, pasien juga dapat menggunakan jasa pengiriman obat ke rumah hanya dengan mengirimkan daftar resep digital miliknya.
Rumah sakit dapat menerapkan sistem peresepan elektronik dengan AVIAT Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Aplikasi ini didesain dengan fitur e-prescription untuk membangun prosedur peresepan yang lebih praktis. Dokter dapat langsung membuat resep dan memilih daftar obat untuk pasiennya melalui layar komputer. Data resep tersebut akan langsung terkirim ke bagian farmasi untuk mulai disiapkan. Dengan demikian, saat pasien telah sampai di depan kasir untuk menebus resep, obatnya telah siap dan tidak perlu menunggu antrean terlalu lama.
Ingin mengetahui lebih mendalam tentang sistem kerja peresepan elektronik dari aplikasi AVIAT SIMRS? hubungi tim marketing AVIAT untuk berdiskusi lebih lanjut! (Septiani)