Perbandingan Manajemen Unit BDRS Manual dan Digital

Perbandingan Manajemen Unit BDRS Manual dan Digital

Mengacu pada permenkes Nomor 83 Tahun 2014 Bab III Pasal 40, setiap rumah sakit wajib memiliki unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Unit BDRS berfungsi untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit melalui pengadaan pelayanan transfusi darah. Unit BDRS bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan darah serta mendistribusikannya ke setiap unit yang membutuhkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhirnya juga menjamah bidang kesehatan, tak terkecuali pada manajemen unit BDRS. Jika sebelumnya unit BDRS dikelola dengan cara-cara yang manual, teknologi menawarkan alternatif manajemen unit BDRS secara digital.

Perbedaan Pengelolaan BDRS Manual dan Digital

Digitalisasi BDRS memungkinkan operasional layanan dan manajemen unit BDRS dilakukan dengan menggunakan dukungan teknologi digital. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendukung dan menciptakan kemudahan bagi petugas BDRS itu sendiri. Berikut beberapa perbedaan mendasar antara pengelolaan unit BDRS manual dengan pengelolaan secara digital:

1. Permintaan darah

Ketika ada pasien yang membutuhkan tindakan transfusi darah, unit terkait akan membuat formulir permintaan darah yang ditujukan ke unit BDRS. Formulir ini biasanya berisi data pasien seperti tanggal permintaan, nomor rekam medis, alasan transfusi, nilai HB terakhir, jumlah kantong darah yang dibutuhkan serta tandatangan dari dokter penanggungjawab.

Pada manajemen unit BDRS yang dilakukan secara manual, petugas unit yang merawat pasien akan membawa formulir permintaan darah ke unit BDRS untuk kemudian menyerahkan formulir tersebut secara langsung ke petugas BDRS yang berjaga. Sedangkan jika unit BDRS dijalankan secara digital, permintaan darah dari semua unit perawatan dapat dilakukan dan dikirimkan melalui platform aplikasi. Petugas unit perawatan hanya perlu mengisi data pada form aplikasi dan mengirimnya ke unit BDRS secara langsung dari komputer di ruangan mereka dengan memanfaatkan fitur “Blood Request.

Jika dibandingkan secara apple-to-apple, permintaan darah secara digital lebih mudah dan cepat dilakukan. Formulir permintaan dapat dibuat dan dikirim secara realtime, tanpa harus banyak bergerak dan berkoordinasi secara langsung dengan unit BDRS.

2. Pengecekan stok darah

Untuk memastikan kantong darah yang dibutuhkan tersedia, petugas biasanya akan mengecek ketersediaan darah di unit BDRS terlebih dulu. Ketika manajemen unit BDRS masih dilakukan secara manual, pengecekan stok darah dilakukan dengan melihat catatan arsip yang ada. Update terhadap catatan stok darah juga dilakukan secara manual. Berbeda ketika pengelolaan BDRS dilakukan secara digital, pengecekan ketersediaan kantong darah dapat dicek melalui platform aplikasi. Jumlah stok darah juga akan ter-update secara otomatis ketika ada pengambilan atau pengembalian kantong darah.

3. Pencocokan darah

Sebelum kantong darah ditransfusikan ke pasien, petugas BDRS terlebih dulu melakukan pengecekan kecocokan darah atau yang biasa disebut sebagai cross matching. Pada manajemen BDRS manual, proses cross matching dilakukan secara manual. Sedangkan ketika BDRS memanfaatkan teknologi digital, petugas dapat menggunakan fitur Cross Matching Process yang akan membantu memudahkan dan meningkatkan akurasi pencocokan darah.

4. Distribusi darah

Ketika manajemen unit BDRS dilakukan secara manual, koordinasi untuk distribusi kantong darah ke pasien hanya bisa dilakukan secara manual. Berbeda ketika rumah sakit mendigitalisasi layanan BDRS mereka. Koordinasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat menggunakan fitur Blood Distribution.

5. Pengecekan riwayat transfusi

Riwayat transfusi pasien merupakan informasi penting yang harus diketahui dokter sebelum merekomendasikan dan melakukan transfusi darah. Jika selama ini pengecekan riwayat transfusi pasien dilakukan dengan membuka rekam medis pasien satu persatu, digitalisasi unit BDRS memungkinkan petugas dapat mengecek informasi riwayat transfusi dengan lebih mudah melalui fitur Blood Request History. Selain lebih praktis, pengecekan secara digital akan jauh lebih cepat untuk dilakukan.

6. Pemantauan proses transfusi

Ketika manajemen BDRS dilakukan secara manual, pengecekan proses transfusi dilakukan dengan mengecek satu persatu pasien. Cara ini membuat pengecekan dilakukan secara bergiliran dan membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus dilakukan visit ke ruangan masing-masing pasien. Berbeda ketika manajemen unit BDRS dilakukan secara digital, petugas dapat melakukan pemantauan kepada beberapa pasien sekaligus dengan menggunakan fitur Transfusion Monitoring.

Dari perbedaan di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa Manajemen unit BDRS yang didukung oleh teknologi digital seperti Blood Bank Module AVIAT membuat pelayanan jauh lebih praktis dan efisien. Digitalisasi unit BDRS secara signifikan mengurangi kebutuhan koordinasi langsung dengan unit lainnya. Fitur-fitur digital membantu komunikasi dan integrasi data antar unit terkait, tanpa harus bertemu langsung. 

Blood Bank Module AVIAT yang terintegrasi dengan modul-modul lainnya di dalam AVIAT SIMRS dapat mendukung terwujudnya manajemen rumah sakit yang lebih efisien. Pada akhirnya hal itu akan mempercepat proses penanganan kepada pasien dan meningkatkan kepuasan mereka. Tertarik untuk mengetahui sistem AVIAT SIMRS? Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya! (Septiani)

Similar Posts