Tekan Angka Human Error Layanan Bank Darah dengan modul digital AVIAT!

Tekan Angka Human Error Layanan Bank Darah dengan modul digital AVIAT!

Transfusi darah memiliki manfaat yang sangat besar dalam membantu penanganan pasien yang mengalami kekurangan darah. Ketika tubuh kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak, jaringan dan organ akan terganggu fungsinya karena kurangnya asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh sel darah merah. Itulah sebabnya, transfusi darah merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dalam dunia medis.

Secara umum, darah diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan antibodi dan antigen yang terkandung di dalam darah. Karena adanya perbedaan ini, proses transfusi darah tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Apabila terjadi kesalahan transfusi darah, akan timbul berbagai macam efek mulai dari gejala yang ringan hingga yang berat. Untuk menghindari ini, petugas layanan bank darah biasanya melakukan cross matching terlebih dulu untuk menguji kecocokan darah donor dengan calon pasien penerima transfusi.

Risiko Kesalahan Transfusi Darah

Meskipun telah melalui serangkaian proses cross matching di layanan bank darah rumah sakit, nyatanya kesalahan tindakan transfusi darah masih sering ditemui. Seperti yang dilansir dari pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, rata-rata terjadi 215 kesalahan tindakan transfusi darah setiap bulannya. 60% diantaranya merupakan kesalahan pada layanan bank darah, sedangkan 40% sisanya merupakan kesalahan pada layanan klinis.

Di Indonesia, kesalahan layanan bank darah juga sudah sering terjadi. Salah satu contoh kasusnya adalah yang menimpa seorang ibu melahirkan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal dunia karena diduga salah menerima transfusi darah dalam tindakan operasi caesar. Dilansir dari regional.kompas.com, korban yang bergolongan darah O justru menerima donor darah bergolongan B.

Lain cerita dengan Muhammad Rizky, seorang pasien dari Lahat, Sumatera Selatan yang harus cuci darah setiap pekan karena kesalahan transfusi darah. Dilansir dari news.detik.com, awalnya layanan bank darah rumah sakit tempat Rizky berobat menyatakan bahwa Rizky bergolongan darah AB. Namun setelah mendapatkan transfusi darah bergolongan darah AB sebanyak 2 kantong, Rizky justru menggigil dan susah bernafas. Ternyata setelah dilakukan pengecekan darah ulang di Unit Transfusi Darah Cabang PMI Kota Palembang, golongan darah Rizky adalah B+.

Selain dari dua kasus kesalahan layanan bank darah diatas, masih banyak pasien yang terpaksa harus merasakan efek samping dari kesalahan tindakan transfusi darah. Meskipun telah melalui serangkaian proses pengujian, human error dapat menyebabkan kesalahan layanan bank darah.Untuk menekan kesalahan layanan, manajemen harus dapat menekan human error, salah satunya dengan melakukan digitalisasi sistem yang dapat mengoptimalkan manajemen unit BDRS.

Mengapa Digitalisasi Sistem Layanan Bank Darah?

Digitalisasi layanan bank darah akan menciptakan integrasi informasi layanan BDRS. Informasi layanan unit BDRS akan dikelola secara digital, dan terhubung dengan unit layanan rumah sakit lainnya. Hal ini akan memudahkan proses pengelolaan, kontrol, komunikasi dan juga koordinasi dalam proses distribusi dan tindakan transfusi darah. Dengan fungsi dan manfaatnya tersebut, kesalahan-kesalahan akibat kelalaian salah seorang petugas ataupun kurangnya komunikasi antar unit dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Efektivitas penerapan digitalisasi layanan BDRS tidak terlepas dari dukungan teknologi dan kelengkapan fiturnya. AVIAT Blood Bank Module adalah salah satu teknologi digitalisasi layanan bank darah yang memiliki fitur layanan yang lengkap untuk membantu manajemen bank darah. Fitur-fitur yang disematkan di dalamnya meliputi fitur pengecekan stok yang selalu update, fitur untuk proses distribusi darah antar unit, fitur untuk skrining kecocokan darah pasien, hingga fitur untuk monitoring proses transfusi.

Dukungan fitur yang lengkap akan menciptakan kemudahan dalam proses kerjanya. Ketika petugas yang dapat menjalankan tugasnya dengan lebih mudah dan praktis, potensi terjadinya kekeliruan juga akan diminimalisir. Kontrol dan monitoring proses secara realtime dengan data yang terintegrasi dan tampil dalam satu layar, memudahkan pengawasan dan efektif meminimalisir human error.

Apakah sistem ini sudah dapat diterapkan di rumah sakit di Indonesia? Kabar baiknya, iya. Rumah sakit Anda pun dapat memanfaatkan dukungan AVIAT Blood Bank Module untuk manajemen layanan bank darah. Selain memudahkan proses kerja petugas dan meminimalisir human error, data yang selalu update secara realtime juga memfasilitasi tim manajemen RS untuk melakukan pengawasan dan evaluasi kapanpun diperlukan. Dengan demikian, proses perencanaan atau pengadaan kantong darah pun dapat dijalankan lebih cepat, tidak harus menunggu laporan bulanan rilis. 

Ingin mengetahui lebih banyak tentang fitur-fitur AVIAT Blood Bank Module? Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya! (Septiani)

Similar Posts