Waspada Ancaman Nyata Resistensi Antibiotik di Rumah Sakit
Penemuan antibiotik pertama menjadi lompatan besar bagi kemajuan dunia kesehatan. Dengan adanya antibiotik, berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri menjadi lebih mudah untuk disembuhkan. Waktu penyembuhan juga relatif menjadi lebih singkat. Namun, saat ini penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan aturan menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik, yaitu kondisi dimana bakteri menjadi lebih kuat dan kebal terhadap obat antibiotik.
Bakteri yang kebal terhadap antibiotik menyebabkan obat antibiotik yang dikonsumsi tidak dapat membunuh atau menghambat infeksi bakteri yang terjadi di dalam tubuh. Hal itu bukan satu-satunya yang menjadi ancaman. Bakteri yang sudah kebal terhadap antibiotik dapat menular dari satu pasien ke pasien lainnya. Selain itu, kekebalan yang dimiliki oleh suatu bakteri juga dapat diwariskan ke bakteri lainnya.
Ancaman Resistensi Antibiotik
Mudahnya perkembangan dan penyebaran infeksi bakteri resisten menyebabkan jumlah kasus resistensi yang terjadi mengalami perkembangan pesat, bahkan melebihi penemuan obat antibiotik baru. Dengan tren tersebut, jumlah obat antibiotik yang masih efektif dalam melawan infeksi bakteri akan terus berkurang dan bahkan bisa saja habis.
Hal ini akan membuat dunia kesehatan kembali ke masa dimana antibiotik masih belum ditemukan. Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri akan lebih sulit untuk disembuhkan. Akibatnya, berbagai penyakit yang ringan dapat menjadi lebih berat dan bahkan mengancam nyawa pasien.
Dalam Buku Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Tahun 2020-2024, resistensi antimikroba telah menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung terhadap 4,9 juta kematian di 204 negara selama tahun 2019. World Health Organization (WHO) memprediksi, bakteri resisten berpotensi menjadi penyebab kematian yang lebih tinggi dibandingkan kanker pada tahun 2050 nanti.
Faktor Penyebab Terjadinya Resistensi Antibiotik di Rumah Sakit
Konsumsi antibiotik yang tidak tepat, baik karena jenis antibiotik yang tidak sesuai dengan gejala infeksi, dosis yang berlebihan, atau durasi konsumsi yang salah menjadi faktor penyebab munculnya mikroorganisme Multi-Drug Resistant (MDR). MDR merupakan mikroorganisme, baik bakteri, virus, atau jamur yang telah berkembang sehingga kebal terhadap beberapa jenis antibiotik atau obat-obatan. Hal ini menyebabkan antibiotik dan obat tersebut tidak lagi efektif untuk melawan infeksi mikroorganisme yang terjadi.
Dalam Journal of Hospital Accreditation yang diterbitkan Komisi Akreditasi Rumah Sakit pada tahun 2020, studi pneumonia komunitas menunjukkan risiko infeksi mikroorganisme MDR meningkat akibat penggunaan antibiotik, hospitalisasi kurang dari 90 hari, dan penggunaan instrumen medis.
Sebagai lembaga yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, rumah sakit perlu membuat kebijakan penggunaan antibiotik serta menyelenggarakan Program Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA). Dengan melakukan pengendalian konsumsi antibiotik secara bijak, rumah sakit dapat berperan dalam mengurangi kasus resistensi antibiotik di masyarakat, yang secara otomatis akan berperan dalam melindungi keselamatan nyawa pasien.
Pentingnya Tools Dalam Keberhasilan Pengendalian Konsumsi Antibiotik
Define Daily Dose (DDD) serta unit penjualan antibiotik menjadi salah satu indikator kuantitas penggunaan antibiotik di rumah sakit. DDD merupakan jumlah obat, antibiotik, suplemen, atau zat zat tertentu yang diresepkan atau disarankan untuk diminum oleh seseorang dalam periode 24 jam. Penggunaan antibiotik secara berlebihan akan menyebabkan bakteri menjadi lebih kuat sehingga pada titik tertentu menjadi tahan terhadap antibiotik tertentu.
Lebih lanjut, konsumsi antibiotik dalam dosis yang lebih rendah dari DDD yang ditentukan atau menghentikan penggunaan antibiotik sebelum dosis yang diresepkan selesai juga dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi tubuh bisa saja masih bertahan hidup. Bakteri yang selamat ini memiliki kemungkinan ketahanan alami atau kecil terhadap antibiotik yang digunakan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik.
Pengawasan PPRA yang ketat dan akurat menjadi faktor penting dalam mengendalikan infeksi resistensi antibiotik di rumah sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tools untuk membantu klinisi menggunakan antibiotik secara efektif. Pengadaan teknologi pendukung yang dapat mengumpulkan dan menganalisis data penggunaan antibiotik di rumah sakit akan memudahkan proses monitoring PPRA. Dalam upaya untuk mengatasi tantangan resistensi antibiotik, AVIAT SIMRS yang memiliki fitur-fitur canggih adalah solusi yang tepat, salah satunya adalah Modul Monitoring PPRA. Dengan kemampuannya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data penggunaan antibiotik, modul tersebut akan membantu nakes menggunakan antibiotik secara efektif sesuai dengan DDD, menghindari penggunaan berlebihan atau penghentian prematur. Hal ini merupakan langkah penting dalam mengendalikan resistensi antibiotik di rumah sakit. Dengan tampilan yang mudah dipahami, staf faskes dapat dengan cepat mengoperasikan sistem ini, meningkatkan pengawasan PPRA yang ketat dan akurat demi keamanan pasien dan efisiensi perawatan. Untuk informasi lebih lanjut tentang Modul Monitoring PPRA, hubungi tim marketing AVIAT!