Rekam Medis Elektronik Tingkatkan Risiko Kebocoran Data Kesehatan Pasien? Ini Faktanya!
Rekam medis elektronik (RME) telah membawa perubahan besar dalam dunia pelayanan kesehatan. Dengan adopsi teknologi ini, informasi kesehatan pasien dapat dengan mudah diakses dan dikelola oleh fasilitas kesehatan (faskes). Staf faskes tidak lagi perlu menyimpan dan mencari data medis pasien secara manual di ruang rekam medis. Pencatatan dan distribusi data rekam medis pasien juga dapat dilakukan dengan cepat dan praktis melalui perangkat digital yang terintegrasi di seluruh unit layanan. Keunggulan ini memfasilitasi kerja dokter dan staf faskes yang lebih cepat dan terkoordinasi.
Meskipun kemudahan akses rekam medis elektronik dapat menciptakan berbagai keunggulan layanan, faktanya hal ini juga memunculkan kekhawatiran bagi banyak pihak. Kemudahan akses dengan teknologi digital sering diasosiasikan dengan lemahnya sistem keamanan. Aksesibilitas data yang tinggi dianggap meningkatkan resiko akses data secara ilegal oleh pihak yang tidak berwenang. Munculnya kekhawatiran ini bukanlah tanpa alasan, mengingat bahwa kasus kebocoran data digital, khususnya di bidang kesehatan telah berulang kali terjadi.
Kasus Kebocoran Data Kesehatan di Indonesia
Melansir berita dari www.kompas.id, sebanyak 6 juta data rekam medis pasien dari berbagai rumah sakit di Indonesia dijual secara bebas di situs RaidForums. RaidForums merupakan sebuah forum daring yang telah dikenal sebagai platform untuk berbagi dan menjual data hasil peretasan (hacking), serangan siber, dan informasi ilegal lainnya. Data yang dijual tersebut mencakup informasi lengkap tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, hingga foto medis pasien.
Mirisnya, kasus kebocoran data tersebut bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia. Belum lama sebelumnya, ratusan juta data digital peserta BPJS Kesehatan berhasil diretas dan dijual di situs RaidForums pada Mei 2021. Kejadian ini menjadi peringatan keras bagi sektor layanan kesehatan di Indonesia, mengingat jumlah data yang bocor serta fakta bahwa data tersebut diretas dari server BPJS Kesehatan.
Melihat kejadian yang ada, peretasan data digital masih menjadi ancaman serius bagi sektor kesehatan di Indonesia. Tidak hanya mengancam faskes dengan sumber daya yang terbatas, peretasan data medis pasien juga bisa terjadi pada lembaga kesehatan berskala nasional. Tidak mengherankan jika rekam medis elektronik menimbulkan banyak pertentangan dari berbagai pihak, khususnya dalam hal keamanan data.
Apa yang Menyebabkan Kebocoran Data Digital?
Kejadian kebocoran data digital yang kerap terjadi, baik dalam ruang lingkup sektor kesehatan maupun sektor lainnya memunculkan pertanyaan, apakah implementasi teknologi digital meningkatkan risiko keamanan data? Jika iya, maka implementasi rekam medis elektronik tidak sesuai dengan tanggung jawab faskes untuk menjaga keamanan dan privasi data medis pasien.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memahami bahwa pencurian data medis pasien bisa terjadi pada pengelolaan rekam medis secara elektronik maupun tradisional (menggunakan dokumen kertas). Berkas rekam medis yang disimpan dalam bentuk kertas juga dapat dengan mudah dicuri, atau disalin informasinya apabila tidak dibarengi dengan sistem keamanan yang baik. Jadi yang menjadi masalah bukanlah implementasi teknologi digital, seperti misalnya rekam medis elektronik, tetapi lebih pada bagaimana keamanan sistem yang diterapkan.
Dilansir dari www.aptika.kominfo.go.id, Dirjen Aptika, Semuel A Pangerapan menekankan bahwa salah satu faktor penyebab kebocoran data pasien adalah adanya celah keamanan sistem. Celah keamanan sistem ini kemudian dimanfaatkan oleh hacker untuk masuk kedalam sistem database dan meretas data medis pasien. Lalu bagaimana celah keamanan sistem digital bisa muncul?
Salah satu faktor utama yang menyebabkan timbulnya celah keamanan pada sistem rekam medis elektronik adalah adanya kelemahan sistem. Umumnya, hacker akan mencari kelemahan pada sebuah sistem elektronik dan menggunakannya sebagai “jalan masuk” untuk meretas sebuah sistem. Ketika sistem yang digunakan memiliki fitur keamanan yang baik, celah keamanan sistem tidak akan muncul.
Untuk mencegah terjadinya peretasan data medis pasien, penting bagi faskes untuk memastikan bahwa sistem rekam medis elektronik yang digunakan memiliki sistem keamanan yang andal, sehingga penyalahgunaan akses dapat diminimalisir. Dengan sistem keamanan terpadu, data rekam medis pasien dapat terlindungi secara optimal. Inilah mengapa tidak semua implementasi sistem digital diretas oleh hacker. Pada faktanya, tidak sedikit faskes dan lembaga kesehatan lainnya mampu menyimpan data medis pasien secara aman dalam bentuk digital.
AVIAT dapat menjadi solusi terbaik bagi pengelola rumah sakit yang ingin meningkatkan keamanan informasi dan data yang mereka miliki. Mengandalkan teknologi keamanan terbaru, AVIAT SIMRS mampu mendeteksi penyalahgunaan akses, serangan malware, ransomware, dan lainnya. Selain itu, AVIAT telah memperkuat keamanan informasi di rumah sakit dengan menerapkan verifikasi dua langkah, sehingga akses ke data medis lebih terlindungi. Manajemen juga dapat mengatur tingkat akses karyawan untuk mencegah penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai solusi yang dihadirkan AVIAT untuk menjaga keamanan data? Segera hubungi tim marketing kami untuk mendapatkan informasi selengkapnya!