Mengapa Faskes Perlu Melakukan Rekonsiliasi Obat Secara Efektif?
Pasien datang dengan kondisi yang bervariasi, ada yang dalam keadaan parah dan ada yang tidak. Beberapa di antaranya berasal dari rujukan fasilitas kesehatan sebelumnya, sementara yang lain telah menjalani rawat jalan dalam waktu yang cukup lama dengan mengonsumsi obat berbulan-bulan. Kondisi-kondisi ini menjadi perhatian utama bagi dokter yang akan meresepkan obat berikutnya, karena keakuratan resep bergantung pada hasil observasi kondisi pasien pada saat itu. Mengingat adanya beragam obat yang telah dikonsumsi sebelumnya, rekonsiliasi obat menjadi suatu kebutuhan.
Definisi rekonsiliasi obat
Salah satu proses krusial yang menjadi tanggung jawab apoteker, terutama pada pasien rawat inap di fasilitas kesehatan, adalah melakukan rekonsiliasi obat sebelum obat tersebut diberikan kepada pasien. Apoteker melakukan perbandingan data resep obat dari dokter dengan informasi dari pasien mengenai obat-obatan yang sudah diterima sebelumnya serta obat yang telah dikonsumsi. Proses rekonsiliasi obat ini dilakukan oleh apoteker pada berbagai tahap, seperti pada awal rawat inap, saat pindah ke ruang pengobatan, pindah fasilitas kesehatan karena dirujuk, dan saat pasien pulang. Idealnya, setiap kali layanan farmasi menerima resep dokter, proses rekonsiliasi obat harus berjalan sesuai aturan sebelum obat diberikan kepada pasien.
Mengapa proses ini begitu penting sehingga perlu dilakukan pada setiap fase pengobatan?
Pentingnya melakukan rekonsiliasi obat
Berikut beberapa nilai penting dari rekonsiliasi obat:
- Mencegah kesalahan terapi obat pada pasien
Setiap obat yang diberikan kepada pasien dapat memengaruhi kesuksesan perawatan yang diberikan. Kesalahan dosis, frekuensi pemberian, dan aturan konsumsi obat dapat berdampak pada penyembuhan atau bahkan memperburuk kondisi pasien. Faktor seperti alergi juga harus dipertimbangkan. Melalui rekonsiliasi, terapi obat dapat dijamin efektivitasnya.
- Memastikan keakuratan informasi obat sebelum diberikan kepada pasien
Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan informasi mengenai rekam jejak obat yang sedang atau akan dikonsumsi oleh pasien. Keakuratan informasi ini krusial untuk mendukung kesembuhan pasien, mengingat ketidakakuratan dapat memperlambat proses penyembuhan.
- Mengidentifikasi data obat yang tidak sesuai akibat instruksi dokter yang belum Terekam
Resep obat dari dokter kadang belum terdokumentasikan secara rinci, mungkin karena jadwal yang padat, urgensi pemberian resep, atau alasan lainnya. Oleh karena itu, setiap kali resep baru diberikan, apoteker perlu melakukan rekonsiliasi obat guna memastikan kebenaran instruksi yang belum terekam.
- Mengidentifikasi data obat yang tidak sesuai karena instruksi yang tidak terbaca
Hal ini bertujuan untuk mencegah kesalahan pemberian obat karena resep yang tidak terbaca. Apoteker melakukan koreksi dan pembandingan data untuk memastikan akurasi resep obat yang tepat.
Proses rekonsiliasi obat yang efektif
Tujuan rekonsiliasi obat adalah untuk mencapai kesembuhan pasien, oleh karena itu, prosesnya perlu dilakukan dengan tepat dan teliti. Berikut adalah tahapan dalam prosesnya:
- Pengumpulan Data
Apoteker melakukan pengumpulan data segera setelah resep diterima. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan pasien atau keluarganya, mencakup sejarah konsumsi obat selama 3 bulan terakhir, waktu konsumsi obat, adanya alergi pada pasien terhadap obat tertentu, reaksi atau efek yang muncul akibat konsumsi obat, dan frekuensi penggunaan obat. Informasi ini sangat penting untuk memastikan ketepatan resep obat.
- Komparasi
Proses selanjutnya melibatkan perbandingan data obat yang pernah atau sedang dikonsumsi oleh pasien dengan obat yang akan diberikan. Apakah ada data yang tidak sesuai, kemungkinan adanya data yang hilang atau belum tercatat, serta apakah ketidaksesuaian data tersebut disengaja atau tidak.
- Konfirmasi pada Dokter
Setelah menemukan ketidakcocokan data, apoteker segera mengonfirmasi dengan dokter yang bertugas, dalam waktu kurang dari 24 jam. Kecepatan dan ketepatan konfirmasi ini dapat mempengaruhi efektivitas dan kecepatan terapi obat yang diberikan kepada pasien.
- Komunikasi pada Pasien
Tahap terakhir adalah mengkomunikasikan informasi kepada pasien mengenai obat-obat yang harus dan tidak boleh dikonsumsi. Apoteker menjelaskan obat-obat yang dihentikan serta obat yang akan diteruskan konsumsinya sesuai dengan resep yang diberikan.
Kabar baiknya, Modul Farmasi Klinis AVIAT SIMRS hadir untuk memudahkan proses rekonsiliasi obat di faskes Anda. Dengan desain yang terintegrasi secara menyeluruh dengan unit lain dalam faskes, sistem ini memungkinkan pengumpulan data pasien dilakukan secara lebih efisien, dengan data yang cepat dan akurat tersedia pada layar komputer setiap tenaga kesehatan. Melalui dukungan teknologi ini, apoteker dapat dengan mudah melakukan komparasi data obat yang pernah atau sedang dikonsumsi oleh pasien dengan obat yang diresepkan, mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian dengan cepat. Dengan dukungan Modul Farmasi Klinis AVIAT SIMRS, faskes Anda dapat mengoptimalkan layanan farmasi, meningkatkan efisiensi, dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas kepada para pasien.
Tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang cara kerja Modul Farmasi Klinis AVIAT SIMRS? Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya!