Digitalisasi Layanan Kesehatan, Memudahkan atau Membingungkan

Digitalisasi Layanan Kesehatan, Memudahkan atau Membingungkan?

Perkembangan teknologi serta pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun terakhir mendorong semakin meningkatnya digitalisasi layanan kesehatan. Berbagai layanan kesehatan yang semula hanya dapat dilakukan pertemuan langsung antara dokter dan pasien, kini dapat dilakukan melalui akses internet. Mulai dari pendaftaran, sesi konsultasi, pemeriksaan rutin, pembelian obat, hingga pembayaran tagihan dapat dilakukan secara daring.

Meskipun menawarkan berbagai kepraktisan dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, sebagian pihak, khususnya masyarakat golongan tua merasa enggan menggunakan layanan kesehatan digital. Alasannya, mereka kurang mampu menyesuaikan dengan teknologi baru, sehingga hal tersebut justru menghambat mereka untuk mengakses layanan kesehatan digital. Lantas sebenarnya kehadiran digitalisasi layanan kesehatan memberikan kemudahan atau justru membingungkan ?

Hambatan Layanan Kesehatan Digital 

Beberapa waktu lalu, salah satu perusahaan asuransi di China menolak iuran premi seorang wanita tua yang ingin membayar asuransi kesehatannya secara tunai. Penolakan tersebut dipicu kekhawatiran akan kemungkinan uang yang dibawa wanita tersebut membawa virus. Wanita tua tersebut kemudian merasa kebingungan untuk membayar tagihan preminya karena tidak memahami teknologi cashless. Dalam kejadian terpisah, seorang pria tua yang tidak memiliki telepon genggam dipaksa turun dari bus karena tidak dapat menunjukan verifikasi status kesehatan melalui aplikasi kesehatan digital China. 

Indonesia juga sempat dihebohkan dengan berita serupa, melalui sebuah video yang viral di media sosial. Seorang kakek bernama Safar tampak berdiri dengan raut kebingungan di antara ratusan orang yang mengantre vaksin di Mall Nipah Makassar. Ternyata, kakek tersebut tidak memiliki ponsel untuk mendaftar vaksin secara online dan tidak memahami teknis pendaftaran online. Untungnya, panitia yang menyadarinya kemudian membantu Kakek Safar untuk mendaftar vaksin secara langsung.

Beberapa kasus tersebut menunjukan bahwa manfaat dari digitalisasi layanan kesehatan ternyata tidak dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. Beberapa kalangan justru merasakan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan digital. Di luar sana masih banyak masyarakat yang merasakan hal yang sama dengan beberapa kasus di atas. Apakah itu artinya digitalisasi layanan kesehatan masih terlalu cepat untuk diterapkan?

Menyikapi Tantangan Digitalisasi Layanan Kesehatan 

Tidak dapat dipungkiri, berbagai kendala dalam penggunaan layanan kesehatan digital masih terjadi di lapangan. Digitalisasi layanan kesehatan justru menjadi sebuah hambatan bagi sebagian kalangan masyarakat. Mereka yang berusia lanjut cenderung kebingungan untuk mengoperasikannya. Sedangkan bagi masyarakat kalangan ekonomi rendah, teknologi digital seperti smartphone masih menjadi barang yang sulit dijangkau.

Meskipun masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dibenahi, hal tersebut tidak menghilangkan fakta bahwa digitalisasi layanan kesehatan telah memberikan banyak dampak positif. Melalui telemedis, masyarakat dapat memperoleh layanan kesehatan yang dibutuhkan dari rumah mereka. Tidak hanya itu, digitalisasi layanan kesehatan juga telah menawarkan solusi terhadap kekacauan yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19 lalu. Layanan kesehatan digital menjadi solusi bagi fasilitas kesehatan dan pemerintah dalam mengatur prioritas sumber daya rumah sakit untuk pasien yang kritis. Sedangkan pasien dengan tingkat urgensitas yang rendah, ditangani melalui layanan kesehatan jarak jauh.

Melihat berbagai manfaat yang dibawa digitalisasi layanan kesehatan, tidak bijak kiranya jika beberapa masalah penerapan di lapangan lantas membawa kita untuk berkesimpulan bahwa layanan kesehatan digital justru menyusahkan dan membingungkan. Justru kita harus bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah minor yang timbul dalam penerapan layanan kesehatan digital.

Potensi Sosialisasi Layanan Kesehatan Digital

Teknologi digital sebenarnya bukanlah hal yang mustahil bagi generasi lanjut usia. Pada tahun 2020, akses internet lansia tercatat menyentuh angka 11,44%. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dalam survei terpisah, tercatat pengguna internet di Indonesia sudah menyentuh angka 157,2 juta jiwa pada tahun 2020. Ini menunjukan bahwa 64% masyarakat Indonesia merupakan pengguna internet, dimana 96% diantaranya sudah memiliki smartphone. Angka tersebut terus mengalami peningkatan, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa masyarakat secara alamiah akan terdorong untuk beradaptasi.

Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit dapat mengupayakan dengan menyediakan jalur pelayanan kesehatan offline beriringan dengan layanan kesehatan online mereka. Dalam prosesnya, layanan digital diperkenalkan secara bertahap kepada kalangan lanjut usia, sehingga mereka dapat semakin menyesuaikan diri. Pihak rumah sakit juga harus memastikan platform yang mereka gunakan memiliki desain yang mudah dipahami dan dioperasikan seperti AVIAT telemedis. 

Aplikasi AVIAT telemedis didesain dengan tampilan yang sederhana dan mudah dipahami. Hal tersebut akan memudahkan pasien untuk mempelajari dan menyesuaikan diri dengan layanan kesehatan digital. Dengan demikian, staf rumah sakit pun tidak perlu repot menjelaskan ke satu per satu pasien tentang teknis pengoperasiannya. Ingin mengetahui lebih banyak tentang aplikasi AVIAT telemedis? silakan hubungi tim marketing AVIAT! (Septiani)

Similar Posts