Inilah Alasan Mengapa Faskes Perlu Melakukan Monitoring Efek Samping Obat
Obat merupakan bagian penting dalam upaya pencegahan atau penyembuhan terhadap berbagai jenis penyakit. Umumnya, dokter akan meresepkan obat sesuai dengan gejala dan diagnosis penyakit yang diderita pasien untuk membantu meringankan atau mempercepat proses penyembuhan. Sementara obat dapat membawa manfaat besar bagi kesehatan, konsumsi obat juga bisa menimbulkan risiko efek negatif, atau yang biasa disebut dengan efek samping obat. Oleh sebab itu, monitoring efek samping obat harus menjadi bagian integral dalam sistem pengobatan, khususnya di fasilitas kesehatan (faskes).
Efek samping obat adalah salah satu aspek penting yang seringkali terlupakan dalam proses pengobatan. Bahaya efek samping obat dapat mengakibatkan reaksi alergi yang ringan, atau bahkan dampak serius pada organ vital pasien. Beberapa obat bahkan dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh atau menyebabkan efek samping jangka panjang yang mengancam nyawa. Penting bagi tenaga kesehatan (nakes) untuk memahami bahaya efek samping obat serta pentingnya memantau dan mengelola efek samping obat untuk mewujudkan sistem pengobatan yang aman dan efektif.
Bahaya Efek Samping Obat
Monitoring efek samping obat menjadi salah satu program penting yang harus dimiliki oleh setiap faskes. Meskipun tidak selalu terjadi, pada faktanya efek samping obat menjadi salah satu ancaman serius bagi sektor kesehatan dunia. Melansir data dari www.psnet.ahrq.gov, efek samping obat menyebabkan hampir 700.000 kunjungan unit gawat darurat (UGD) serta 100.000 rawat inap. Angka tersebut menjadikan efek samping obat sebagai salah satu kasus yang sering dialami pasien, khususnya pada pasien rawat jalan.
Pentingnya monitoring efek samping obat tidak hanya disebabkan karena banyaknya kasus yang terjadi, namun juga potensi resiko yang ditimbulkan. Beberapa kasus efek samping obat pada faktanya dapat berakhir pada kematian. Berdasarkan basis data farmakovigilans Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), efek samping obat menyebabkan 43.685 kematian pada periode 2010 hingga 2019.
Selain berakibat pada kematian, efek samping obat juga dapat mengakibatkan berbagai risiko kesehatan lainnya, misalnya seperti berbagai penyakit lain ataupun kecacatan janin. Berdasarkan data dari www.umy.ac.id, pada tahun 2010 terdapat sekitar 3000 janin yang lahir tanpa tangan dan kaki akibat efek samping obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Jejaring sosial media TikTok juga belum lama ini dihebohkan dengan unggahan seorang pengguna yang menderita vitiligo akibat efek samping sebuah obat herbal.
Pentingnya Monitoring Efek Samping Obat
Bahaya dan tingginya kasus efek samping obat mengingatkan tentang pentingnya kegiatan monitoring efek samping obat. Selain peran pasien dalam melaporkan setiap gejala efek samping yang dialaminya, faskes juga turut berperan dalam melakukan pemantauan riwayat kesehatan pasien dan efek samping obat. Faskes harus menyadari bahwa mereka tidak hanya berperan sebagai penyedia layanan kesehatan dan memberikan obat kepada pasien, namun juga bertanggung jawab untuk memberikan pengobatan yang aman kepada pasien.
Sudah selayaknya, kegiatan monitoring efek samping obat menjadi salah satu bagian dalam pelayanan kesehatan faskes. Bahkan, kegiatan tersebut harus menjadi salah satu prioritas layanan untuk meminimalisir terjadinya efek samping pada pasien. Tidak hanya memberikan perlindungan bagi pasien, kegiatan ini juga akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pengobatan.
Penggunaan teknologi digital, seperti Modul Farmasi Klinis AVIAT SIRMS menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan efektivitas kegiatan monitoring efek samping obat. Dengan dukungan teknologi, nakes dapat lebih mudah untuk memantau dan menganalisis data kesehatan pasien dengan lebih efisien dan akurat. Hal ini memungkinkan deteksi dini terhadap potensi efek samping yang dapat terjadi, sehingga berbagai tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah seperti menghentikan atau mengganti pengobatan bisa dilakukan.
Selain itu, desain tampilan aplikasi yang mudah dipahami pada Modul Farmasi Klinis AVIAT SIRMS turut menjadi faktor kunci dalam kesuksesan implementasi. Dengan antarmuka yang user-friendly, AVIAT SIRMS meminimalkan waktu adaptasi nakes terhadap perubahan sistem, mengurangi risiko gangguan pada layanan farmasi di faskes. Sehingga, faskes dapat tetap memberikan pelayanan kesehatan yang optimal tanpa mengorbankan efisiensi dan akurasi dalam monitoring efek samping obat. Dengan demikian, AVIAT SIRMS tidak hanya menjadi alat bantu yang efektif dalam meningkatkan keamanan pengobatan, tetapi juga mendukung kelancaran operasional faskes dalam era transformasi digital.
Tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang cara kerja Modul Farmasi Klinis AVIAT SIRMS? Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya!