Kurangi Medical Error dan Tingkatkan Keamanan Pasien dengan EMR
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bidang kerja yang sangat vital. Setiap tindakan medis yang dilakukan dapat membawa kesembuhan bagi pasien, namun di sisi lain juga menyimpan berbagai potensi risiko yang dapat mengancam jiwa pasien jika terjadi kesalahan medis (medical error). Nyatanya, kesalahan medis tidak hanya terjadi di negara berkembang saja. Medical error juga menjadi permasalahan di negara-negara maju, salah satunya Amerika.
Dilansir dari hopkinsmedicine.org, studi yang dilakukan Johns Hopkins menemukan bahwa medical error menjadi penyebab meninggalnya lebih dari 250.000 orang di Amerika Serikat setiap tahunnya. Angka ini menjadikan kesalahan medis sebagai penyebab kematian terbanyak ketiga, dibawah penyakit jantung dan kanker.
Jika negara maju seperti Amerika saja tidak dapat terlepas dari permasalahan ini, bagaimana dengan negara berkembang seperti Indonesia? Dapat ditebak, angka kesalahan medis yang terjadi setiap tahunnya jauh lebih tinggi daripada yang terjadi di negara-negara maju. Dilansir dari who.int, pada tahun 2019 setidaknya terdapat 134 juta kasus medical error yang menyebabkan efek samping terhadap pasien di rumah sakit di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dari jumlah kasus tersebut, 2,6 juta di antaranya meninggal dunia.
Penyebab Utama Medical Error
Sebenarnya ada banyak faktor yang dapat mengakibatkan kesalahan tindakan medis. Mulai dari tidak lengkap atau tidak akuratnya diagnosis, terapi atau tindakan medis lainnya yang diberikan kepada pasien. Namun diantara itu semua, ada satu faktor penting yang sangat mendasar dan terlihat sepele, namun dapat menyebabkan terjadinya medical error, yaitu kesalahan dokumentasi medis.
Meskipun terkesan sepele, dokumentasi dalam suatu pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat vital. Kesalahan dokumentasi medis dapat menjadi titik awal kesalahan tindakan medis yang dilakukan oleh rumah sakit. Tulisan yang tidak jelas, tidak lengkap, hingga kesalahan penulisan dapat mengubah keputusan medis yang diambil berikutnya. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan medical error.
Contoh sederhana, kesalahan petugas medis dalam mencatat tentang pengobatan pasien, dapat mengakibatkan kesalahan dosis atau bahkan obat yang diberikan kepada pasien. Bagi beberapa kasus mungkin hanya berdampak pada tidak sembuhnya penyakit pasien tanpa diiringi efek medis yang serius. Namun pada pasien-pasien tertentu, kesalahan peresepan obat ini dapat mengakibatkan komplikasi penyakit yang lebih parah, atau bahkan kejang, kerusakan internal, cedera jangka panjang maupun permanen, hingga kematian. Dilansir dari news.unair.ac.id, setidaknya terjadi 100 kasus kesalahan peracikan obat di satu rumah sakit milik pemerintah provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu satu tahun saja.
Solusi Cegah Kesalahan Dokumentasi Medis
Berbagai permasalahan teknis lainnya seperti tidak terbacanya catatan medis, kesalahan penulisan, ataupun dokumen yang terselip, sering menjadi penyebab medical error. Berbagai risiko kesalahan tersebut khususnya seringkali terjadi karena sistem dokumentasi atau rekam medis yang dilakukan secara manual. Proses pencatatan yang secara manual mengakibatkan tingginya potensi human error. Lalu apa solusinya?
Perkembangan teknologi dan kebutuhan akan kualitas medis yang semakin baik setiap waktunya melahirkan teknologi kesehatan rekam medis. Pencatatan dokumentasi medis yang awalnya dibuat secara manual di kertas, kini dapat dibuat secara digital di komputer maupun perangkat digital lain. Komputerisasi dan sistem informasi elektronik sangat membantu mengurangi kesalahan medis dari aspek dokumentasi.
Melansir data dalam Official Publication of The College of Family Physicians of Canada, studi menemukan bahwa 78 persen dokter yang telah menggunakan Electronic Medical Record (EMR). Dalam praktiknya, mereka menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang mereka berikan mengalami peningkatan. Lalu bagaimana rekam medis elektronik membantu mengatasi potensi human error?
Masih dalam study yang sama, 65 persen responden menyatakan bahwa EMR secara efektif memberikan peringatan apabila terdapat kesalahan pencatatan medis khususnya dalam pengobatan. Selain itu, 62 persen responden juga menyatakan bahwa rekam medis dapat memberikan peringatan apabila ada potensi kesalahan pencatatan nilai lab kritis. Peringatan akan adanya potensi kesalahan catatan medis ini menjadi alarm dan sistem pencegahan terjadinya medical error dalam penanganan pasien kedepannya.
Rumah sakit di Indonesia kini dapat memanfaatkan sistem EMR seperti AVIAT SIREM sebagai solusi untuk mengurangi medical error. Dengan dukungan sistem digital yang canggih, AVIAT SIREM dapat memberikan peringatan jika terjadi ketidakcocokan penginputan data pasien. Dengan demikian, potensi kesalahan penanganan terhadap pasien pun dapat diminimalisir secara efektif. Diskusikan lebih banyak tentang fitur AVIAT SIREM dengan hubungi tim marketing AVIAT! (Septiani)