Apakah Peran Unit BDRS Telah Optimal?

Apakah Peran Unit BDRS Telah Optimal?

Bank darah rumah sakit (BDRS) merupakan salah satu unit layanan yang memiliki peran vital dalam keseluruhan sistem layanan fasilitas kesehatan. Keberadaan unit BDRS diharapkan dapat menjadi solusi bagi pasien saat membutuhkan transfusi darah. Ketersediaan stok darah di internal rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan pelayanan menjadi variabel yang begitu penting dalam menunjang efektivitas layanan, misalnya dalam mendukung penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) akibat pendarahan selama proses persalinan.

Pemerintah melalui PMI memang telah menjalankan proses penyediaan melalui penyelenggaraan donor darah. Namun, kunci ketersediaan tetap berada pada unit BDRS. Alasanya, karena pemenuhan kebutuhan transfusi darah dari stok yang tersedia di unit BDRS jauh lebih cepat. Rumah sakit memang dapat mengajukan permintaan stok darah dari PMI, namun serangkaian proses yang harus dilalui akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama ketimbang menggunakan stok darah di unit BDRS.

Pengajuan pemenuhan stok darah yang lama akan berdampak pada terhambatnya penanganan pasien karena harus menunggu. Terlebih lagi transfusi darah seringkali dihadapkan dengan kondisi pasien yang kritis dan membutuhkan penanganan cepat, kecepatan tindakan diberikan menjadi sangat penting. Jika terlambat beberapa menit saja, hal ini dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, misalnya pada kasus ibu hamil yang mengalami kekurangan darah karena mengalami banyak pendarahan.

Tantangan Pengelolaan Unit BDRS

Untuk menghindari keterlambatan pengadaan darah, unit BDRS harus dapat memenuhi kebutuhan permintaan darah. Hal ini menuntut kemampuan rumah sakit dalam memantau perkembangan stok darah secara berkala guna memastikan bahwa kantong darah masih tersedia untuk jangka waktu tertentu. Terlebih mengingat banyaknya ragam darah yang perlu dikelola. 

Idealnya, unit BDRS dapat menjaga ketersediaannya cukup untuk setiap jenis darah baik itu darah utuh, sel darah merah, konsentrat platelet, FFP, dan cryo-AHF. Peran unit BDRS dapat dikatakan telah optimal ketika ketersediaan darah stabil dan mencukupi untuk jangka waktu yang cukup lama. Sayangnya, sering ditemui kondisi saat stok darah yang tersedia di rumah sakit benar-benar habis. Hal ini memaksa pihak rumah sakit bersama keluarga pasien harus mengajukan permintaan darah ke PMI terlebih dulu, yang pada akhirnya menghambat tindakan penanganan kepada pasien.

Padahal keterlambatan pemberian transfusi darah pada pasien dapat mengakibatkan resiko fatal, bahkan hingga kehilangan nyawa. Seperti yang dialami oleh seorang ibu di Kabupaten Bulukumba. Dilansir dari sulsel.suara.com, seorang ibu hamil meninggal dunia ketika proses persalinan karena keterlambatan transfusi darah. Saat itu, pasien membutuhkan transfusi darah sebanyak 8 kantong. Namun, transfusi darah yang diberikan terlambat sehingga menyebabkan pasien kehabisan darah. Jika hal ini terjadi, pasien tentu menjadi pihak yang dirugikan. Pihak rumah sakit juga akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat, terlebih dengan mudahnya informasi menyebar di era digital ini.

Solusi Cepat Pemberian Transfusi Darah

Permasalahan keterlambatan transfusi darah seperti kasus diatas nyatanya masih banyak terjadi di berbagai daerah. Untuk menghindari keterlambatan transfusi darah, diagnosis dokter dan cepatnya pemenuhan kebutuhan kantong darah dari unit BDRS menjadi variabel penting yang harus terpenuhi.  Untuk dapat menghindari kasus-kasus keterlambatan pemberian transfusi darah yang mengancam jiwa pasien, unit BDRS harus dapat berperan secara optimal. Bagaimana caranya?

Untuk dapat menciptakan sistem pemenuhan kebutuhan stok darah yang cepat, rumah sakit harus memiliki sistem pengelolaan bank darah yang lebih efektif dan terpadu. Manajemen harus mampu memastikan ketersediaan stok darah yang ada senantiasa cukup memenuhi kebutuhan perawatan. Hal ini menuntut dukungan sistem informasi yang handal, yaitu sistem yang memudahkan pengecekan ketersediaan dan penggunaan kantong darah kapanpun diperlukan. 

Dengan kehadiran sistem informasi bank darah yang dapat diandalkan, manajemen dapat mendapatkan informasi dengan cepat dan realtime apabila persediaan kantong darah yang ada mulai menipis. Misalnya dengan penerapan modul Blood Bank (bank darah) berbasis digital yang memberikan informasi realtime tentang ketersediaan kantong darah rumah sakit. Kecepatan informasi ini memungkinkan rencana pengadaan stok darah dapat segera dieksekusi, tanpa perlu menunggu laporan mingguan atau bulanan. 

Rumah sakit di Indonesia dapat menerapkan modul bank darah dengan AVIAT SIMRS. Selain modul tersebut, AVIAT SIMRS juga dilengkapi oleh berbagai modul lainnya yang juga memudahkan proses manajemen informasi rumah sakit. Dengan menggunakan SIMRS, para petugas unit BDRS dapat saling berkoordinasi dalam pelaksanaan kerja, melalui informasi berbasis digital yang terintegrasi. Keseluruhan proses mulai dari transfusi darah, pemeriksaan kelayakan darah, pengadaan stok, hingga pembuatan laporan dapat dilakukan dengan lebih praktis di depan layar. 

Segera hubungi tim marketing AVIAT untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang cara kerja AVIAT SIMRS. Dapatkan berbagai kemudahan bagi Anda dan tim manajemen rumah sakit yang lain dalam mengelola berbagai unit melalui satu sistem terpadu! (Septiani)

Similar Posts