Apakah Manajemen Transfusi Darah Sepenuhnya Menjadi Tanggung Jawab PMI?
Ketersediaan kantong darah merupakan hal utama dalam menunjang layanan transfusi darah di fasilitas kesehatan. Tindakan ini seringkali diberikan kepada pasien yang kekurangan darah ataupun mengalami kelainan. Dengan cukupnya ketersediaan darah, pelayanan kesehatan mampu meningkatkan potensi kesembuhan dan bahkan menyelamatkan lebih banyak nyawa pasien.
Memang benar bahwa lembaga yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan donor darah di Indonesia adalah Palang Merah Indonesia (PMI). Namun aktivitas manajemen transfusi darah serta distribusi kantong darah ke pasien yang membutuhkan bukan hanya tugas dari PMI saja. Fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan pemerintah juga memiliki kewajiban untuk ikut berperan dalam proses distribusi kantong darah.
Optimalisasi Manajemen Transfusi Darah
Distribusi kantong darah ke masyarakat tidak dapat sepenuhnya ditanggung oleh PMI sendirian. Terlebih lagi, PMI bukanlah lembaga yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan dan tindak perawatan kepada pasien secara langsung. Itulah sebabnya, untuk dapat mengoptimalkan distribusi darah kepada masyarakat, peran dari fasilitas kesehatan seperti rumah sakit merupakan hal yang sangat vital.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas manajemen transfusi darah dan distribusinya ke masyarakat, pemerintah mewajibkan setiap rumah sakit memiliki Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS). Hal ini tercantum dalam Permenkes Nomor 83 Tahun 2014, Bab III Pasal 40. UTDRS merupakan unit yang bertanggung jawab dalam manajemen transfusi darah mulai dari pengadaan, penyimpanan, dan sebagainya hingga distribusi ke pasien.
Bersama dengan PMI, UTDRS harus bersinergi untuk menjaga ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan dijangkau oleh masyarakat. Ketersediaan darah dalam jumlah yang cukup, aman dan berkualitas juga sangat dipengaruhi ketersediaan fasilitas serta sistem manajemen transfusi darah yang memadai. Terlebih lagi melihat kondisi bahwa transfusi darah seringkali dibutuhkan oleh pasien yang berada pada kondisi darurat atau kritis.
Untuk dapat menciptakan manajemen transfusi darah yang efektif, rumah sakit harus mencari cara agar UTDRS dapat menyediakan layanan transfusi darah yang mudah diakses dan cepat. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan manajemen transfusi darah di unit UTDRS adalah dengan penerapan sistem yang mengintegrasikan antara UTDRS atau unit BDRS dengan unit lainnya.
Manfaat Integrasi Layanan UTDRS
Penyaluran atau distribusi kantong darah adalah tanggungjawab bersama. Sebagai pihak yang secara langsung berhubungan dengan pasien, dalam hal ini calon penerima donor darah, peran rumah sakit dalam manajemen transfusi darah juga sangat vital. Khususnya dalam menyediakan sistem manajemen yang efektif dan efisien. Mewujudkan sistem yang memudahkan proses pemeriksaan, distribusi dan koordinasi dalam proses transfusi darah.
Dalam penerapannya, UTDRS akan menyalurkan kantong darah apabila terdapat permintaan dari unit pemeriksaan lainnya. Itulah sebabnya, dalam operasionalnya UTDRS akan selalu berhubungan dengan unit-unit layanan yang lain, misalnya Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan rawat inap. Integrasi antara UTDRS dengan seluruh unit layanan di rumah sakit akan memudahkan koordinasi dan komunikasi dalam pelayanan dan distribusi kantong darah.
Kemudahan akan dapat dirasakan pada keseluruhan proses manajemen transfusi darah. Setiap informasi seperti stok kantong darah dapat langsung diketahui oleh unit terkait kapanpun diperlukan. Permintaan kantong darah dari unit pemeriksaan juga memungkinkan untuk dapat dikirimkan dengan lebih cepat apabila layanan UTDRS terintegrasi dengan unit-unit lainnya. Dampaknya, petugas UTDRS dapat melakukan persiapan dan pengujian darah secepat mungkin. Pada akhirnya, integrasi informasi akan memudahkan dan mempercepat distribusi kantong darah ke unit lainnya.
Meskipun demikian, tanpa adanya integrasi antara layanan UTDRS dengan unit-unit pelayanan lainnya, distribusi darah tidak akan berjalan dengan optimal. Komunikasi antara unit perawatan dengan UTDRS tidak dapat berjalan secepat ketika rumah sakit menciptakan integrasi layanan UTDRS. Pasien tentu mengharapkan rumah sakit dapat memberikan tindakan transfusi darah untuk keluarga mereka dengan cepat bukan? Itulah sebabnya, manajemen harus mempertimbangkan penerapan sistem manajemen terintegrasi seperti AVIAT SIMRS. Mengapa AVIAT SIMRS?
Di dalam AVIAT SIMRS terdapat Blood Bank Module yang dapat membantu UTDRS untuk berkoordinasi lebih cepat dengan unit lainnya. Tanpa perlu banyak bergerak, petugas UTDRS dapat merespon permintaan transfusi darah maupun mengajukan pengadaan kantong darah melalui aplikasi. Setiap data yang tertera pun update secara realtime, sesuai dengan status terakhir pada manajemen rumah sakit secara keseluruhan. Inilah sebabnya, semakin banyak rumah sakit di Indonesia yang menerapkan AVIAT SIMRS.
Tertarik untuk berdiskusi lebih banyak tentang AVIAT SIMRS? Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya! (Septiani)