Jangan Sampai ini Terjadi pada Layanan Rumah Sakit Anda
Transfusi darah merupakan salah satu layanan rumah sakit yang sangat penting dengan memberikan komponen darah yang diperoleh dari pendonor kepada pasien. Transfusi darah berfungsi untuk meningkatkan kadar Hb pada penderita anemia, mengganti darah akibat pendarahan, mengganti plasma darah yang hilang, dan tindakan-tindakan darurat lainnya.
Meskipun perannya sangat penting bagi pelayanan rumah sakit, transfusi darah juga memiliki risiko yang sangat besar apabila tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Misalnya salah satu kesalahan yang berpotensi terjadi adalah kantong darah yang ditransfusikan tidak sesuai dengan golongan darah pasien. Untuk menghindari kesalahan prosedur transfusi darah tersebut, terlebih dulu dilakukan crossmatch. Crossmatch merupakan prosedur untuk memeriksa kecocokan antara darah pasien dan donor sebelum dilakukan transfusi, sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok.
Kesalahan Prosedur Transfusi Darah
Meskipun setiap layanan rumah sakit menerapkan prosedur crossmatch sebelum pemberian kantong darah ke pasien, masih banyak potensi kesalahan transfusi darah yang berdampak buruk bagi pasien. Khususnya hal ini seringkali disebabkan oleh prosedur crossmatch yang tidak efektif. Seperti yang dialami oleh seorang pasien operasi caesar asal kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Dilansir dari regional.kompas.com, pasien tersebut meninggal dunia karena kesalahan transfusi darah yang dilakukan rumah sakit. Golongan darah korban O, namun justru diberikan transfusi darah B. Kejadian ini pada akhirnya membuat masyarakat berfikir layanan rumah sakit tersebut memang buruk, karena membiarkan hal ini terjadi.
Itu bukanlah satu-satunya kejadian kesalahan layanan transfusi darah yang terjadi. Kesalahan layanan transfusi darah juga menimpa seorang pasien di kota Lahat, Sumatera Selatan. Seperti yang dipaparkan pada laman news.detik.com, seorang pasien terpaksa harus melakukan cuci darah setiap minggunya akibat kesalahan transfusi darah. Pasien yang bergolongan darah B+ justru diberikan transfusi darah AB. Proses crossmatch yang dilakukan pihak rumah sakit tidak akurat sehingga terjadi kesalahan transfusi darah yang merugikan pasien. Tidak heran jika akhirnya pihak keluarga menuntut pihak rumah sakit ke jalur hukum karena kelalaian layanan rumah sakit.
Selain merugikan pihak pasien, kesalahan transfusi darah juga merugikan petugas medis dan citra layanan rumah sakit yang akan dianggap buruk. Hal ini seperti yang terjadi di Aceh Utara. Dilansir dari tribunnews.com, petugas transfusi darah terpaksa harus rela menjadi tahanan kota. Hal ini akibat dari kesalahannya dalam proses crossmatch, sehingga pasien yang seharusnya bergolongan darah O justru di transfusi darah B.
Meskipun hanya terjadi sekali, namun kesalahan pemberian transfusi darah akan membuat layanan rumah sakit Anda dipandang buruk oleh masyarakat. Terlebih ketika berita tersebut tersebar di media massa, kredibilitas rumah sakit menjadi taruhannya. Masyarakat tidak lagi percaya dengan layanan rumah sakit, dan lebih memilih untuk berobat di rumah sakit lainnya. Jika sudah terjadi demikian, bukankah kerugian yang ditanggung rumah sakit lebih besar?
Apa Solusi yang Dapat Dilakukan Rumah Sakit
Jika dilihat, semua kesalahan prosedur transfusi darah tersebut bermula dari proses crossmatch yang tidak akurat. Apabila proses crossmatch dengan baik dan akurat sebelum pemberian transfusi, kejadian-kejadian kesalahan transfusi darah tidak akan terjadi. Apabila terjadi kesalahan pemberian kantong darah, atau kualitas dari kantong darah yang tidak memenuhi kualifikasi, petugas akan menyadarinya lebih awal sehingga kejadian kesalahan transfusi darah dapat dihindari.
Salah satu cara efektif untuk menghindari terjadinya kekeliruan roses crossmatch di rumah sakit Anda adalah dengan menerapkan teknologi AVIAT Blood Bank Module. Blood Bank Modul AVIAT dilengkapi dengan fitur Cross Matching Process yang memudahkan pengecekan kecocokan darah dan meningkatkan akurasinya. Dengan tingkat akurasi yang tinggi, berbagai risiko kesalahan medis yang dapat berdampak pada hancurnya citra layanan rumah sakit Anda dapat dihindari.
Menariknya lagi, modul ini terhubung dengan berbagai modul unit pelayanan lainnya di dalam rangkatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Integrasi sistem tersebut akan memudahkan proses komunikasi maupun koordinasi antara unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) dengan unit lainnya. Dengan demikian, keseluruhan proses layanan transfusi darah dapat dijalankan melalui layar komputer. Hubungi tim marketing AVIAT untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang AVIAT SIMRS dan Blood Bank Module! (Septiani)