Tingkatkan Keamanan Pasien dengan Modul Farmasi Klinis dari AVIAT SIMRS

Kesembuhan dan keselamatan pasien harus menjadi prioritas utama dalam pelayanan kesehatan.  Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menjamin keamanan pasien adalah dengan melakukan monitoring efek samping obat (MESO). Di balik manfaatnya, obat-obatan juga dapat menimbulkan efek samping yang merugikan pasien. Dengan melakukan monitoring terhadap efek yang timbul pasca konsumsi obat, faskes dapat mencegah timbulnya efek samping yang membahayakan keselamatan pasien. Dukungan teknologi seperti Modul Farmasi Klinis dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pemantauan kondisi pasien pasca konsumsi obat.

Bahaya Efek Samping Obat

Sumber: Internet

Efek samping obat merupakan salah satu resiko yang bisa terjadi pada siapa saja, baik pada tingkat yang ringan maupun berat. Efek samping obat ini tidak hanya berdampak pada orang dewasa, namun juga bisa terjadi pada anak-anak. Salah satu contohnya adalah dari konsumsi obat parasetamol. Paracetamol merupakan obat yang seringkali menjadi andalan untuk mengatasi demam, termasuk pada anak-anak. Namun nyatanya, konsumsi paracetamol bisa menyebabkan efek berbagai efek samping, mulai dari mual, muntah, kehilangan nafsu makan hingga sakit perut.

Efek samping obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil juga tercatat menjadi penyebab kecacatan pada 3000 bayi baru lahir. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran rumah sakit dalam memantau konsumsi obat pasien dan efek yang ditimbulkannya. Faskes perlu mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mewujudkan kegiatan MESO yang efektif. Implementasi teknologi seperti Modul Farmasi Klinis juga diperlukan untuk meningkatkan efektifitas proses rekonsiliasi dan monitoring pemakaian obat.

Resiko Human Error dalam Layanan Farmasi

Apoteker dan tenaga kesehatan memiliki peranan yang penting untuk mengawasi dan melakukan proses rekonsiliasi obat sebelum menyerahkannya kepada pasien. Dalam memberikan layanan farmasi, apoteker akan menerima resep dokter dari pasien, membaca dan melakukan verifikasi, membuat catatan administrasi, hingga akhirnya menyerahkan obat kepada pasien. Rangkaian proses tersebut penting dilakukan guna memastikan kesesuaian obat yang dikonsumsi pasien.

Dalam pentingnya tugas apoteker, rangkaian proses yang harus dilalui mulai dari menerima resep dari pasien hingga menyerahkan obat menimbulkan beban pekerjaan yang berat. Terlebih, ketika layanan farmasi tidak didukung dengan teknologi digital yang memudahkan seperti Modul Farmasi Klinis. Beban kerja yang besar tersebut seringkali justru menyebabkan kesalahan-kesalahan yang berakibat fatal.

Seperti yang dilansir dari www.health.grid.com, dua orang apoteker dituntut oleh pasien karena salah memberikan obat yang menyebabkan pasien tak sadarkan diri dan harus dirawat di rumah sakit pasca mengonsumsinya. Setelah ditelusuri, kesalahan ini dikarenakan apoteker salah dalam membaca resep yang diberikan dokter. Kesalahan apoteker dalam membaca resep ini juga tidak terlepas dari proses rekonsiliasi yang tidak berjalan dengan efektif, dimana fungsi apoteker dalam melakukan analisis kesesuaian obat tidak berjalan dengan baik.

Peran Modul Farmasi Klinis dalam Meminimalisir Human Error

Sumber: internet

Perkembangan teknologi telah membawa kemajuan bagi segala sektor kehidupan, termasuk sektor kesehatan. Modul Farmasi Klinis merupakan salah satu bentuk inovasi teknologi kesehatan digital yang bisa dimanfaatkan untuk membantu apoteker menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Modul ini memungkinkan integrasi data yang meliputi modul farmasi, resep elektronik, dan inventori. Dengan sistem yang demikian, apoteker dapat lebih mudah dalam membaca resep dari dokter, mencari dan mencatat informasi seputar rekonsiliasi obat, dan memantau riwayat kesehatan pasien.

Implementasi Modul Farmasi Klinis secara efektif dapat meningkatkan akurasi pelayanan obat di unit farmasi. Berbagai potensi human error seperti kesalahan pembacaan resep, kesalahan pencatatan data resep atau pasien, maupun rekonsiliasi obat yang tidak dilakukan dengan baik dapat dihindari. Hal ini menjadi dukungan penting dalam mewujudkan sistem pelayanan farmasi yang berkualitas dan aman bagi pasien.

Modul Farmasi Klinis juga akan memudahkan apoteker dalam administrasi selama pelayanan farmasi. Dengan dukungan teknologi digital, pencatatan data pasien dan resep dapat dilakukan dengan lebih cepat. Hal ini memungkinkan pelayanan farmasi yang lebih cepat sehingga pasien tidak lagi harus mengantri lama untuk menebus obat.

AVIAT SIMRS telah membuktikan dirinya sebagai solusi komprehensif dengan mengintegrasikan Modul Farmasi Klinisnya dengan modul-modul lain yang krusial, seperti Farmasi, Inventori Farmasi, dan Resep Elektronik (electronic prescriptions). Integrasi ini memastikan bahwa seluruh aspek pelayanan farmasi terhubung secara sinergis, menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan terpadu bagi apoteker. Dengan adanya keterkaitan antara modul farmasi, apoteker dapat dengan mudah mengakses dan memantau informasi terkini tentang inventori obat, resep elektronik pasien, dan riwayat pengobatan secara real-time. Keunggulan ini tidak hanya meminimalisir risiko kesalahan manusia, tetapi juga memberikan kecepatan dan ketelitian dalam pelayanan farmasi. Hubungi tim marketing AVIAT untuk informasi selengkapnya! (Septiani)

Similar Posts