Minimalisir Kerugian dengan Sistem Manajemen Farmasi yang Transparan
Instalasi farmasi merupakan bagian penting di sektor rumah sakit. Manajemen unit farmasi harus mampu mengelola dan menjamin terpenuhinya kebutuhan obat seluruh pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan. Besarnya konsumsi obat harian di rumah sakit juga berdampak pada arus pengadaan obat. Setiap harinya, rumah sakit melakukan pengadaan obat dalam jumlah besar. Tidak heran jika pengeluaran pengadaan obat juga bernilai fantastis.
Sayangnya, pengadaan obat justru seringkali menjadi lahan korupsi oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Berita-berita tentang kasus korupsi pengadaan obat di rumah sakit berbagai daerah oleh oknum petugas RS memunculkan kekhawatiran tersendiri. Terdapat banyak modus yang sering dilakukan, antara lain seperti penggelapan, tidak terbuka terhadap harga diskon, pembelian obat yang sudah atau hampir expired, ketidakakuratan pencatatan, manipulasi dokumen, dan sebagainya.
Celah Sistem, Alasan Tingginya Korupsi Pengadaan Obat
Maraknya kasus korupsi pengadaan obat yang selalu melibatkan pihak internal rumah sakit terjadi karena adanya celah dalam sistem pengadaan obat rumah sakit. Metode manajemen farmasi yang masih dijalankan secara manual masih membuka celah yang lebar untuk dimanfaatkan oleh para oknum. Terlebih pelaporan dan pengecekan yang hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu, memberikan kesempatan untuk manipulasi dokumen pengadaan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan kerugian ratusan juta rupiah atau bahkan miliaran rupiah bagi rumah sakit.
Adanya celah sistem pada cara pengadaan obat di rumah sakit harus direspon dengan segera oleh jajaran manajemen. Manajemen farmasi perlu menciptakan sistem yang memungkinkan melakukan pengawasan dengan ketat, agar dapat meminimalisir penggelapan. Lalu apa solusinya untuk meminimalisir potensi risiko tersebut?
Jawabannya adalah manajemen farmasi membangun sistem pengadaan obat yang transparan. Rumah sakit dapat menciptakan sistem manajemen farmasi yang memungkinkan informasi pengadaan obat terintegrasi, selalu update, serta dapat diakses secara realtime, hal itu akan memudahkan pihak manajemen untuk mengawasi secara lebih intensif. Namun, bagaimana cara untuk menciptakan sistem manajemen farmasi yang farmasi?
Sejatinya, perkembangan zaman dan teknologi telah menyediakan solusi atas permasalahan ini. Transparansi sistem manajemen farmasi dapat diwujudkan salah satunya dengan digitalisasi sistem. Misalnya seperti penerapan Modul Medical Notes and Ancillary AVIAT yang mengintegrasikan sistem informasi pengadaan dan peresepan obat. Digitalisasi sistem manajemen farmasi ini memungkinkan pengawasan stok obat dan pengadaannya dapat dilakukan dengan mudah, ketat dan intensif. Hal tersebut memungkinkan manajemen dapat dengan segera menyadari upaya penyelewengan yang sedang atau akan terjadi.
Mengapa Modul Medical Notes and Ancillary AVIAT?
Penyalahgunaan dan penggelapan pengadaan obat-obatan di rumah sakit seringkali terjadi karena pengawasan manajemen farmasi yang longgar dan intensitasnya longgar. Modul Medical Notes and Ancillary akan menutup celah tersebut dengan memberikan akses secara realtime terhadap data obat yang ada di gudang. Melalui sistem ini, ketersediaan obat dan alat habis pakai juga dapat dipantau secara realtime. Hal ini membuat modus-modus kecurangan lebih sulit dilakukan, karena ketidaksesuaian data pengadaan dapat langsung terdeteksi dengan mudah.
Tingkat demand obat yang tinggi, membuat nilai pengadaannya di rumah sakit dapat mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Ketika hal itu disalahgunakan oleh oknum petugas yang memiliki akses, rumah sakit dapat mengalami kerugian dalam jumlah besar. Dampaknya, tidak hanya pada bagian farmasi, namun juga menghambat pengembangan layanan di unit-unit lainnya.
Keberhasilan menutup celah penyalahgunaan ini memungkinkan rumah sakit dapat berhemat miliaran rupiah, dan mengalihkan anggaran tersebut untuk pengembangan pelayanan pasien. Lagipula selain membantu efisiensi kerja para petugas, transparansi yang dihasilkan akan membantu meminimalisir penggelapan dalam rantai pengadaan obat. Itulah sebabnya, teknologi integrasi informasi seperti Modul Medical Notes and Ancillary AVIAT perlu dipertimbangkan implementasinya pada manajemen farmasi.
Modul ini dapat diperoleh dengan menerapkan aplikasi AVIAT Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Aplikasi ini memungkinkan pengelolaan informasi terintegrasi untuk berbagai unit di rumah sakit, termasuk bagian farmasi. Dalam proses penerapannya, Anda dan tim manajemen rumah sakit tidak perlu khawatir karena AVIAT juga menyediakan layanan pendampingan. Dengan demikian, proses adaptasi sistem dapat berjalan dengan lebih cepat dan lancar.
Hubungi tim marketing AVIAT untuk berdiskusi lebih lanjut terkait hal-hal yang lebih teknis. AVIAT siap mewujudkan sistem manajemen berbasis digital yang lebih efektif bagi rumah sakit Anda! (Septiani)