Mengapa Rekonsiliasi Obat pada Pasien itu Penting?

Rekonsiliasi obat pada pasien merupakan tahapan yang harus dilakukan. Proses ini penting untuk menyesuaikan resep dengan obat yang diberikan kepada pasien, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.

Kesalahan pemberian obat menjadi salah satu hal yang dapat menyebabkan kerugian besar. Tidak hanya dari segi kesehatan pasien, tetapi juga dari segi pembiayaan pengobatan. Menurut data World Health Organization (WHO), kasus kesalahan pemberian pengobatan dapat menghabiskan biaya hingga 42 juta dollar atau sekitar 642 miliar setiap tahunnya.

Jumlah tersebut tentu bukannya jumlah yang sedikit, apalagi jika mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan dari kesalahan pemberian obat yang mungkin akan dirasakan oleh pasien. Berdasarkan hal tersebut, petugas kesehatan perlu memastikan pemberian obat telah memenuhi 5 benar, meliputi benar identitas pasien, nama obat, cara pemberian obat, dosis, dan waktu penggunaan obat.

Menghindari Efek Samping Obat dengan Rekonsiliasi Obat pada Pasien

Melihat besarnya dampak dari efek samping pada kesalahan pemberian obat, petugas kesehatan harus berhati-hati dalam proses pemberian obat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan rekonsiliasi obat pada pasien.

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi atau resep obat dengan obat yang didapat pasien. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat atau yang juga disebut medication error

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi pada proses pemberian obat, meliputi obat tidak diberikan, pemberian obat double, kesalahan dosis atau cara penggunaan obat. Berbagai kesalahan tersebut sangat mungkin terjadi ketika pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, pindah ruang perawatan, serta pemindahan pasien dari fasilitas kesehatan (faskes) pertama ke faskes selanjutnya atau sebaliknya.

Oleh karena itu, dengan melakukan rekonsiliasi obat diharapkan dapat memastikan pasien mendapatkan informasi yang akurat terkait dengan obat yang didapatkan. Selain itu, proses ini juga bisa menjadi deteksi awal apabila terdapat ketidaksesuaian antara obat yang diberikan kepada pasien dengan resep yang diberikan akibat hilangnya instruksi dokter atau tulisan pada resep yang tidak terbaca dengan jelas.

Ketahui 4 Tahapan Rekonsiliasi Obat pada Pasien

Setidaknya ada 4 tahapan pada proses rekonsiliasi obat pada pasien. Keempat tahapan tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat dan menunjang pelayanan kefarmasian. Berikut ini adalah tahapan-tahapan rekonsiliasi obat pada pasien:

  1. Pengumpulan data

Tahapan awal yang dilakukan dalam proses rekonsiliasi obat pada pasien adalah mencatat data dan memverifikasi jenis obat yang sedang dan akan digunakan oleh pasien. Pendataan tersebut, meliputi nama obat, dosis, dan cara penggunaan obat, termasuk kapan obat mulai digunakan, diganti, dilanjutkan, diberhentikan, hingga riwayat alergi, serta efek samping obat yang mungkin pernah dialami pasien.

Berbagai data tersebut bisa didapatkan dari pasien, keluarga, dan riwayat atau catatan medis pasien. Seluruh data yang digunakan adalah data yang diambil setidaknya 3 bulan terakhir. Selain penggunaan obat medis, proses rekonsiliasi ini juga akan mencatat penggunaan obat bebas dan obat herbal yang digunakan pasien.

  1. Membandingkan data obat

Selanjutnya, petugas kesehatan akan melakukan perbandingan antara obat yang pernah, sedang, atau akan digunakan dengan resep yang baru. Apabila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan data obat, seperti obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa adanya penjelasan pada rekam medis pasien, petugas kesehatan harus memperhatikannya.

  1. Melakukan konfirmasi pada dokter

Jika terdapat ketidakcocokan pada rekam medis dengan resep baru yang diberikan, petugas kesehatan harus melakukan konfirmasi pada dokter dalam waktu kurang dari 24 jam. Setidaknya, petugas farmasi harus memastikan apakah perbedaan pemberian obat dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh dokter.

Kemudian, petugas kesehatan harus mencatat alasan penghentian, penundaan, atau penggantian obat yang dilakukan dokter di dalam rekam medis pasien. Terakhir, petugas kesehatan akan memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsiliasi obat untuk memastikan keabsahan informasi.

  1. Mengomunikasikan cara penggunaan obat

Setelah seluruh proses tahapan perbandingan dan konfirmasi obat selesai, petugas farmasi dapat melakukan komunikasi pada pasien, keluarga pasien, atau perawat mengenai perubahan terapi obat yang terjadi. Dalam proses pemberian informasi ini, apoteker memiliki tanggung jawab penuh akan informasi obat yang diberikan.

Berbagai tahapan rekonsiliasi obat pada pasien akan lebih mudah dilakukan dengan menerapkan fitur modul farmasi klinis di rumah sakit. Modul ini merupakan satu dari beberapa modul baru yang dihadirkan AVIAT SIMRS untuk memudahkan rumah sakit dalam meningkatkan mutu dan pelayanan pasien.

Tertarik untuk menerapkan berbagai fitur milik AVIAT SIMRS di rumah sakit yang Anda kelola? Hubungi tim marketing AVIAT dan dapatkan informasi selengkapnya! (Sherlya)

Similar Posts