Apa saja Tantangan RS dalam Mewujudkan Smart Hospital?
Dalam rangka menyambut masa depan industri kesehatan yang lebih baik, maka kita harus menyelesaikan tantangan mewujudkan smart hospital yang saat ini muncul. Biasanya, tantangan ini muncul akibat adanya gejolak dari aspek non-teknis yang terlihat ketika proses transformasi digital mulai diimplementasikan pada rumah sakit.
Menurut CEO dari Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS), Harold F. Wolf, menyebutkan bahwa tantangan mewujudkan smart hospital ini penting untuk diselesaikan sedini mungkin, karena biasanya berhubungan dengan perubahan kultur kerja dan juga sistem yang biasanya terjadi secara signifikan.
Lalu, apa saja sebenarnya tantangan mewujudkan smart hospital yang perlu diselesaikan tersebut? Berikut adalah penjelasan selengkapnya!
Mengapa Tantangan Mewujudkan Smart Hospital Perlu Dipahami?
Penting untuk Anda ketahui bahwa tantangan mewujudkan smart hospital dapat muncul akibat beberapa hal eksternal, seperti:
- Dukungan dari semua stakeholder, yang cenderung mencari aman dengan bertahan menggunakan cara konvensional yang sudah ketinggalan zaman.
- Perkembangan teknologi, yang berakibat pada banyaknya rumah sakit dan klinik yang sulit beradaptasi dengan cepat.
- Perubahan pada permintaan pasar, yang menginginkan pelayanan kesehatan yang instan dan lebih nyaman dengan biaya yang tetap terjangkau.
Oleh karena itu, mengingat beberapa faktor eksternal ini ikut memunculkan tantangan mewujudkan smart hospital yang semakin kompleks, maka sudah semestinya Anda memahami tantangan tersebut dan solusi untuk mengatasinya.
Tantangan Mewujudkan Smart Hospital yang Sesungguhnya
Menurut whitepaper yang dirilis oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), setidaknya ada 5 tantangan mewujudkan smart hospital yang tengah dihadapi oleh industri kesehatan dalam negeri, khususnya yang berhubungan dengan era kesehatan 4.0 yang lebih mengedepankan teknologi, yaitu:
1. Keengganan rumah sakit untuk berinvestasi pada digitalisasi kesehatan
Saat ini, masih banyak rumah sakit yang terpaku pada penambahan jenis fasilitas yang ditawarkan dibandingkan pada digitalisasi pada setiap layanan existing yang sudah lebih dahulu berjalan.
Tentunya tantangan mewujudkan smart hospital ini perlu diselesaikan, karena praktik penambahan fasilitas yang tidak disertai sistem untuk menjadikan prosesnya lebih efisien dapat berakibat fatal pada kualitas pelayanan yang dihadirkan. Oleh karena itu, sudah saatnya rumah sakit berfokus pada kebutuhan pasien akan digitalisasi, bukannya pada layanan yang terlihat sophisticated atau megah.
2. Teknologi yang ketinggalan zaman dan sulit diintegrasikan
Selain investasi yang masih enggan dikeluarkan, masih banyak pula teknologi kesehatan lama yang masih digunakan dan tidak disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya standarisasi dokumentasi dan juga implementasi IT yang masih bekerja sendiri-sendiri.
Mengingat teknologi ini masih sulit untuk diintegrasikan dengan teknologi lainnya, yang mengakibatkan tantangan mewujudkan smart hospital ini muncul ke permukaan, sehingga berisiko mengancam kualitas pelayanan yang dihadirkan.
3. Integrasi data nasional yang masih sekedar wacana
Pemerintah sebenarnya sudah mulai mencanangkan kembali sistem kesehatan satu pintu untuk menyambut cita-cita Indonesia Sehat 2024. Akan tetapi, hal ini sepertinya masih sulit dilakukan karena masih banyaknya rumah sakit dan juga klinik yang belum terhubung satu sama lainnya.
Untuk itu, tantangan ini harus lekas diselesaikan dan pemerintah harus sesegera mungkin berkolaborasi dengan semua stakeholder agar integrasi awal dapat segera dimulai dan embrio integrasi data nasional dapat segera tercipta.
4. Regulasi yang seringkali berubah karena belum ditetapkan
Tidak hanya integrasi data nasional saja yang bermasalah, tetapi regulasi yang belum ditetapkan juga menjadi tantangan mewujudkan smart hospital yang harus diselesaikan sesegera mungkin. Apalagi industri kesehatan merupakan industri yang sangat bergantung pada regulasi yang dikeluarkan pemerintah, sehingga pemerintah harus sesegera mungkin mengejar ketertinggalan dari penggunaan teknologi yang semakin meluas.
Tanpa adanya regulasi ini, nantinya rumah sakit dan juga klinik akan kesulitan untuk memulai proses transformasi digital, karena tidak memiliki landasan hukum yang kuat atas pemanfaatan digitalisasi seperti penggunaan aplikasi SIMRS, telemedis dan masih banyak lagi.
5. Birokrasi dan manajemen rumah sakit yang masih konvensional
Seperti industri lainnya yang akan memulai revolusi, tantangan mewujudkan smart hospital akibat adanya penolakan dari pihak yang sudah terlanjur nyaman dengan cara konvensional akan terus bermunculan.
Salah satu hal yang paling menyulitkan adalah transformasi manajemen rumah sakit yang menjadi sepenuhnya digital, khususnya bagi rumah sakit yang belum memiliki sumber daya manusia dan pengetahuan yang cukup untuk memulai transformasi secara internal.
Akan tetapi, Anda tidak perlu lagi khawatir. Kini Aviat telah hadir dengan berbagai solusi untuk membantu Anda dalam menghadapi tantangan mewujudkan smart hospital, mulai dari aplikasi SIMRS, Sistem Rekam Medis (SIREM), hingga Aviat telemedis yang siap pakai dapat Anda temukan. Dengan begitu, Anda tidak perlu kesulitan mengembangkan solusi berbasis teknologi sendiri yang membutuhkan biaya riset yang tidak sedikit.
Tertarik mengetahui lebih lanjut mengenai solusi dari Aviat? Hubungi tim marketing Aviat sekarang juga untuk informasi selengkapnya! (Pradana)