Apakah Penggunaan Telemedis di Negara Berkembang Cukup Solutif?
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura telah banyak menggunakan telemedis pada fasilitas kesehatannya. Mereka memberikan kesempatan bagi pasien untuk menjangkau layanan kesehatan melalui jaringan internet. Sedangkan penerapan telemedis di negara berkembang, termasuk salah satunya di Indonesia, masih jarang ditemukan.
Pertanyaan yang mendasar seperti “efektifkah telemedis diterapkan di negara berkembang?” masih menjadi salah satu poin yang perlu dijawab. Khususnya bagi pihak-pihak yang mengelola fasilitas kesehatan, tentu membutuhkan data yang kuat untuk mendukung keputusan dalam berinvestasi pada pengembangan layanan digital. Itulah sebabnya, artikel ini secara khusus dibuat untuk memaparkan tentang efektif tidaknya penerapan telemedis di negara berkembang seperti Indonesia?
Kondisi Layanan Kesehatan di Indonesia
Sebagaimana negara berkembang pada umumnya, sektor kesehatan di Indonesia masih menjadi salah satu masalah utama dan membutuhkan banyak pengembangan. Padahal lulusan tenaga medis tergolong cukup banyak per tahunnya, bahkan rasio dokter spesialis telah mencapai 14,6 per 100.000. Angka tersebut telah melampaui target pemerintah pada Keputusan Menko Kesra Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan 2011-2015 untuk mencapai angka 10,6 per 100.000 penduduk.
Sayangnya, fakta tidak semulus angka-angka tersebut. Pemerataan dokter spesialis dan fasilitas kesehatan masih tidak sesuai harapan. Terlebih lagi dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari 12 ribu lebih pulau. Sektor kesehatan di Indonesia masih harus berhadapan beberapa fakta berikut:
- Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2019 jumlah puskesmas di Indonesia masih berada di angka 10.134. Untuk mencapai target rasio 1:16.000, Indonesia masih perlu menambahkan sekitar enam ribu puskesmas. Terlebih untuk daerah-daerah dengan rasio puskesmas yang sangat kecil seperti Papua Barat dengan 0,28.
- Selain puskesmas, keberadaan rumah sakit pun masih cenderung menumpuk di kota-kota besar, terutama di Jawa. Sebagai perbandingan, daerah Jawa Timur memiliki hingga 293 rumah sakit umum dan 88 rumah sakit khusus. Sedangkan di daerah Kalimantan Utara hanya memiliki 10 rumah sakit umum.
- Persebaran tenaga medis baik dokter umum maupun dokter spesialis juga masih menjadi salah satu masalah. Mereka masih enggan untuk bekerja di daerah-daerah Indonesia timur atau daerah pelosok. Data Kemenkes tahun 2018 mencatat provinsi DKI Jakarta memiliki 12.346 dokter umum, sedangkan Sulawesi Barat hanya memiliki 190 dokter umum. Begitu pula halnya dengan dokter spesialis, Jakarta yang memiliki hingga 2473 dokter gigi, sangat timpang dengan provinsi Sulawesi Tengah dan NTT yang hanya memiliki 1 orang dokter gigi.
Manfaat Penerapan Telemedis di Negara Berkembang
Benar bahwa pemerintah perlu menjalankan program-program pembangunan untuk pemerataan fasilitas kesehatan di Indonesia. Namun, itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, terlebih mengingat masih banyaknya daerah-daerah pelosok yang sulit dijangkau. Padahal kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan tidak dapat menunggu.
Kehadiran telemedis di negara berkembang seperti Indonesia, dapat menjadi sebuah solusi untuk kebutuhan layanan kesehatan. Khususnya mengatasi masalah belum meratanya fasilitas kesehatan dan tenaga medis di Indonesia, melalui:
- Akses Lebih Mudah
Masyarakat di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan dan tenaga medis, dapat menjangkau layanan kesehatan melalui internet. Mereka dapat berkonsultasi dengan dokter umum maupun dokter spesialis akan gejala yang dialami, sehingga mendapatkan penanganan sesegera mungkin.
- Konsultasi Tenaga Medis
Tenaga medis di daerah pelosok pun dapat berkonsultasi dengan tenaga medis di kota-kota besar yang lebih berpengalaman saat menangani pasien. Dengan demikian kualitas diagnosis yang dihasilkan akan semakin akurat.
Penggunaan telemedis di negara berkembang seperti Indonesia akan berjalan secara efektif karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terlebih lagi dengan data bahwa pengguna jaringan internet di Indonesia telah mencapai 64% dari populasi, membuat penerapan telemedis menjadi semakin realistis. Masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan aplikasi digital tidak akan terlalu sulit untuk mempelajari fitur-fitur dalam aplikasi telemedis.
Penerapan AVIAT Telemedis di negara berkembang seperti Indonesia akan mempercepat pemerataan layanan kesehatan di Indonesia. Fitur-fitur di dalamnya memungkinkan rumah sakit untuk memberikan layanan 24 jam, baik dokter umum maupun dokter spesialis. Selain itu, rumah sakit juga dapat menjangkau lebih banyak orang, tak terbatas jarak. Segera hubungi tim marketing AVIAT dan kami siap untuk mendukung misi besar rumah sakit untuk turut serta dalam pemerataan layanan kesehatan di Indonesia! (Pradana)